SEJARAH INTERNET

By.Ria Meliana

Rabu, 06 Juni 2012


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
                                                                                               
PENDAHULUAN
Untuk  melaksanakan pendidikan agama Islam yang berhasil perlu dilakukan pendidikan agama yang terpadu. Keterpaduan yang dimaksud adalah: keterpaduan tujuan, keterpaduan materi, keterpaduan proses.
Keterpaduan tujuan
berarti pencapaian tujuan pendidikan merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan
(stakeholders)
pendidikan, yaitu pemerintah, kepala sekolah, guru,orang tua siswa, dan masyarakat.
Keterpaduan materi
ialah keterpaduan isi kurikulum yang digunakan atau materi pelajaran. Semua materi pelajaran yang dipelajari siswa handaknya saling memiliki keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. Pengikat keterpaduan tersebut adalah tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan. Jadi selain tujuan mata pelajaran itu sendiri, hendaknyasemua bahan ajar mengarah kepada terbentuknya manusia berimandan bertaqwa.
Keterpaduan proses
, berarti para pendidik hendaknya menyadari bahwa semua kegiatan pendidikan sekurang-kurangnyatidak berlawanan dengan tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan, bahkan dikehendaki semua kegiatan pendidikan membantu tercapainya siswa yang beriman dan bertakwa.Ada beberapa konsep yang harus dipahami dan diterapkan untukmenjadikan pendidikan agama (termasuk agama Islam) berhasil memberagamakan murid. Konseo-konsep itu diuraikan berikut ini.

MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIPPENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar  untuk menyiapkansiswa agar memahami ajaran Islam (knowing), terampil melakukanajaran Islam (doing), dan melakukan ajaran Islam dalam kehidupansehari-hari (being).
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Adapun   tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan melakukan, danpengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utamapendidikan agama Islam di sekolah ialah keberagamaan, yaitu menjadi muslim yang sebenarnya. Keberagamaan inilah yang selama ni kurang di perhatikan.
Cara Mencapai Tujuan itu
Tujuan itu, secara sederhana, dapat dicapai dengan pengajaran kognitif (untuk pemahaman), latihan melakukan (untuk keterampilanmelakukan) dan usaha internaslisasi (untuk keberagamaan). Upayamemberagamakan akan lebih mudah dilakukan di sekolah bilapendidikan agama itu dijadikan core sistem pendidikan.
MENJADIKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSEBAGAI CORE SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Bagaimana seharusnya konsep pendidikan nasional itu agar sesuai dengan kehendak  Pancasila dan UUD45? Untuk  menjawab pertanyaan itu dibahas hal-hal berikut ini.
Cara Mengoperasikan Negara 
Sebuah  negara terbentuk bila memenuhi tiga syarat.
Pertama
, ada  sekelompok orang yang bersepakat membentuk negara. Mereka inilah yang disebut warga negara.
Kedua
, ada tempat tinggal atau wilayah yang jelas batasnya. Inilah yang kelak disebut  sebagai tanah air.
Ketiga
ada nilai-nilai luhur yang disepakati sebagai sumber aturansatu-satunya dalam mengoperasikan negara itu. Inilah yang disebutfil safat negara. Setiap negara memiliki filsafat  negara. Negara Indonesia  memiliki filsafat negara yang disebut Pancasila. Filsafat negara itu disepakati menjadi sumber nilai atau rujukan satu-satunya dalam membuat aturan mengoperasikan negara itu.Nilai-nilai dalam filsafat negara itu masih sangat umum danabstrak. Nilai-nilai itu harus dioperasionalkan. Nilai dalam filsafat negara itu dioperasionalkan dalam konstitusi atau disebut juga undang-undang dasar (UUD). UUD itu pun masih umum sifatnya,maka UUD itu masih harus dioperasionalkan. UUD dioperasionalkan dalam undang-undang (UU). Kadang-kadang UU itu  masih juga harus dioperasionalkan. UU dioperasionalkan ke dalam peraturan pemerintah (PP). Nah, PP  masih perlu dioperasionalkan ke dalam suratke putusan menteri (SKM). Kadang-kadang SKM  masih perludi operasionalkan dalam petunjuk teknis (JUKNIS). Urutan operasionalisasi itu terlihat lebih mudah dalam diagram berikut:




FILSAFAT  NEGARA  KONSTITUSI  (UUD) UNDANG-UNDANG  (UU) PERATURAN PEMERINTAH (PP) SURAT KEPUTUSAN MENTERI (SKM) PETUNJUK  TEKNIS (JUKNIS)

Bagaimana  aplikasi teori itu dalam menurunkan Pancasila kedalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional? Itu  terlihat dalam uraian singkat berikut.
Pancasila adalah sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa).Pendapat yang sangat penting itu disimpulkan dari gambar Pancasilasebagai berikut: Gambar di atas bukanlah gambar Pancasila.3
(1)Ketuhanan YME;
(2)Kemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan Ketuhanan YME;
(3)Persatuan Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan YME;
(4)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilan berdasarkan Ketuhanan YME;
(5)Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berdasarkanKetuhanan YME.Karena Ketuhanan YME adalah
Pancasila, maka seluruhturunannya (UUD, UU, PP, SKM, JUKNIS) haruslah menempatkan
Ketuhanan YME sebagai. Pendapat itu ditarik berdasarkanparadigma yang tergambar dalam chart berikut:
PANCASILA Ketuhanan YME UUD Ketuhanan YME UU Ketuhanan YME PP Ketuhanan YME SKM Ketuhanan YME  JUKNIS  Ketuhanan YME UUD45  harus menurunkan seluruh nilai yang ada di dalam Pancasila. Nilai pertama dan utama yang ada dalam Pancasila ialah Ketuhanan YME dan nilai ini merupakan Pancasila. Nilai ini telahturun dengan  sempurna dalam UUD45. Itu terlihat pada kata-kata“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha …” yang tertulis dalam Pembukaan UUD45. Jadi, UUD45 adalah Ketuhanan YME itu.Agak disayangkan  itu tidaklah turun secara sempurna ke dalamUU Nomor 20/2003. Itu terlihat pada pasal 3 UU itu; pada pasal tigaitu keimanan dan ketakwaan tidak merupakan sistem pendidikan nasional. Pada pasal 3 UU No.20/2003 disebutkan bahwa pendidikannasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Gambarnya sebagai berikut: Keimanan dan ketakwaan menjadi pendidikan nasional bilarumusan tujuan itu sebagai berikut: pendidikan nasional bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiaberiman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Gambarnya sebagai berikut:6 Kreatif CakapMandiri Berilmu Demokratis Bertanggung Jaawab Sehat Berakhlak MuliaBeriman dan bertakwa Berilmu Cakap Sehat Kreatif Berakhlak Mulia Mandiri Demokratis BertanggungjawabBerimanBertakwa

OPTIMALISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMOLEH GURU AGAMA ISLAM
Pendidikan  Agama Islam adalah usaha sadar untuk  menyiapkan siswa agar memahami (knowing), terampil melaksanakan (doing), dan mengamalkan (being) agama Islam melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan Agama Islam di sekolah (bukan di madrasah) ialah murid memahami terampil melaksanakan dan melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada  Allah SWT berakhalak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Optimalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak berarti penambahan jumlah jam pelajaran di sekolah, tetapi melalui optimalisasi upaya pendidikan agama Islam. Itu berupa optimalisasi mutu guru agama Islam dan optimalisasi sarana.Karakteristik utama PAI adalah banyaknya muatan komponenbeingdi samping sedikit  komponen knowing dan doing Hal ini menuntut perlakuan pendidikan yang banyak berbeda dari pendidikan bidang studi umum. Pembelajaran untuk mencapai being yang tinggi lebih mengarahkan pada usaha pendidikan agar murid melaksanakan apayang diketahuinya itu dalam kehidupan sehari-hari. Bagian palingpenting dalam PAI ialah mendidik murid agar beragama; memahamiagama (knowing) dan terampil melaksanakan ajaran agama (doing) hanya mengambil porsi sedikit saja. Dua yang terakhir ini memang mudah.Berdasarkan pengertian itulah pendidikan agama Islam memerlukan pendekatan  pendekatan  naql, akal dan qalbu. Selain itu juga diperlukan sarana yang memadai sehingga mendukung terwujudnya  situasi pembelajaran yang sesuai dengan karakter pendidikan agama Islam. Sarana ibadah, seperti masjid/mushallah ,mushaf al-Quran, tempat bersuci/tempat wudlu  merupakan salah satu contoh sarana pendidikan agama Islam yang dapat dipergunakan secara langsung oleh siswa untuk belajar agama Islam.Peningkatan mutu guru agama Islam diarahkan agar ia mampu mendidik  muridnya untuk menguasai tiga tujuan tadi. Untuk itu perlu ditingkatkan kemampuannya dalam penguasaan materi pelajaran agama, penguasaan metodologi pengajaran, dan peningkatan keberagamaannya sehingga ia pantas menjadi teladan muridnya.
Banyak  orang memberikan penilaian terhadap keberhasilan guru agama Islam (GAI). Pada umumnya, mereka menyatakan bahwa GAI banyak gagal dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam.Penelitian menunjukkan bahwa  pada aspek knowing dan doing guru agama tidak gagal; mereka banyak gagal pada pembinaan aspek keberagamaan (being). Murid-muridnya  memahami ajaran agama Islam, terampil melaksanakan ajaran itu, tetapi mereka sebagiannyatidak melaksanakan ajaran Islam tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka memahami hukum dan cara shalat lima, terampil melaksanakan shalat lima, tetapi sebagian dari murid itu tidak melaksanakan shalat lima. Mereka tahu konsep jujur, mereka tahu cara melaksanakan jujur, tetapi sebagian dari mereka tetap sering tidak jujur dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi, aspek keberagamaan itulah yang sangat penting untuk ditingkatkan.Berikut ini adalah uraian singkat tentang metode internalisasi yangbertujuan untuk meningkatkan keberagamaan siswa sekolah.

Metode Internalisasi 
Sesuatu yang telah diketahui dapat saja sekedar diketahui,tempatnya di otak. Untuk mengetahui apakah murid sudah tahu, gurudapat memberikan soal ujian atau ulangan. Jika jawabannya benar,berarti murid sudah tahu. Murid mampu bahkan terampilmelaksanakan yang ia ketahui itu. Tempatnya di anggota badan. Nah,yang di otak dan yang di badan itu boleh jadi menetap saja di situ;dua-duanya itu masih berada di luar kepribadian, masih berada didaerah ekstern, belum berada di daerah dalam kepribadian (intern).Karena itu pengetahuan dan keterampilan harus dimasukkan kedaerah intern. Proses memasukkan inilah yang disebut internalisasi.Untuk memahami konsep ini lebih dalam cobalah perhatikan uraianberikut ini.
Tiga Tujuan Pembelajaran
Ada tiga tujuan pembelajaran. Ini berlaku untuk pembelajaran apasaja.
1.mengetahui (knowing). Di sini tugas guru ialah mengupayakan agar murid mengetahui sesuatu konsep. Murid diajaragar  mengetahui menghitung luas bidang. Guru mengajarkan bahwa cara yang paling mudah untuk mengetahui luas bidang segi empatialah dengan mengalikan panjang (p) dengan lebar (l). Gurumenuliskan rumus: Luas = panjang x lebar (L=pxl). Guru mengajarkanini dengan cara memperlihatkan beberapa contoh bidang. Untukmengetahui apakah murid telah memahami, guru sebaiknyamemberikan soal-soal latihan, baik dikerjakan di sekolah maupun dirumah. Akhirnya guru yakin bahwa muridnya telah
mengetahui
caramenentukan luas bidang segi empat. Selesai aspek
knowing
.2.Terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu(doing). Dalam hal luas bidang seharusnya murid dibawa ke alam nyata yaitu menyaksikan bidang (bidang-bidang) tertentu, lantas satupersatu murid (dapat juga dibagi menjadi kelompok-kelompok)mengukur secara nyata dan menentukan luas bidang itu. Bila semuamurid telah menghitung dengan Cara yang benar dan hasil yang benar maka yakinlah guru bahwa murid telah mampu melaksanakanyang ia ketahui itu (dalam hal ini konsep dalam rumus itu tadi).Sampai di sini tercapailah tujuan pembelajaran aspek doing.
.3.Melaksanakan yang ia ketahui itu. Konsep itu seharusnya tidaksekedar menjadi miliknya tetapi menjadi satu dengan kepribadiannya.Dalam hal contoh tadi setiap ia hendak mengetahui luas, ia selalumenggunakan rumus yang telah diketahuinya itu. Inilah tujuanpengajaran aspek
Being Dalam pengajaran yang tidak mengandung nilai buruk-baik (sepertipengajaran Matematika itu) proses dari knowing ke doing dari doing ke being itu akan berjalan secara otomatis. Artinya, bila murid telahmengetahui konsepnya, telah terampil melaksanakannya, secaraotomatis ia akan melaksanakan konsep itu dalam kehidupannya. Nantidalam kehidupannya, ia akan selalu mengalikan panjang dengan lebarbila mencari luas. Jika ia kurang baik akhlaknya, paling jauh ia menipuangka, mungkin dia menipu dalam mengukur panjang atau lebar,tetapi rumus itu tidak mungkin diselewengkannya. Karena itu dalampengajaran yang tidak mengandung nilai (maksudnya: konsepnyabebas nilai) proses pembelajaran untuk mencapai aspek
Being tidaklah sulit. Sangat berbeda bila dibandingkan dengan konsep yangmengandung nilai. Perhatikan contoh berikut.

Tiga Tujuan Pembaeljaran Shala
Dengan memakai teori di atas kita dapat mengurai tiga tujuanpembelajaran shalat sebagai berikut:
1.      Tahu konsep shalat (knowing).Dalam hal ini murid mengetahui definisi shalat, syarat dan rukunshalat, serta hukum shalat dalam ajaran Islam. Untuk mencapaitujuan ini guru dan murid dapat memilih metode yang telah banyaktersedia. Metode ceramah boleh digunakan, diskusi juga mungkin,tanya jawab baik juga, dan seterusnya. Untuk mengetahui apakahmurid memang telah paham konsep, syarat dan rukun shalat, gurudapat menyelenggarakan ujian berupa ujian harian yang seringdisebut ulangan harian, atau dengan cara lain. Yang diuji hanyalahaspek pengetahuannya tentang konsep, syarat, dan rukun shalat. Jikahasil ujian semuanya bagus, berarti tujuan pembelajaran asepek knowing
telah tercapai.1.Terampil melaksanakan shalat (doing).Untuk mencapai tujuan ini metode yang baik kita gunakan ialahmetode demonstrasi. Guru mendemonstrasikan shalat untukmemperlihatkan cara shalat. Lantas murid satu demi satu (imgat: satudemi satu) mendemonstrasikan shalat. Guru dapat memutarkan videorekaman shalat (lengkap fi’liyah dan qauliyahnya) dan murid menontonnya. Tatkala murid diminta mendemonstrasikan, guru telahdapat sekaligus memberikan penilaian. Jadi, di sini dilakukanpengajaran sekaligus penilaian. Bila guru telah yakin seluruh (sekalilagi seluruh) murid telah mampu melaksanakan (artinya terampildalam cara shalat), maka tujuan aspekdoing telah tercapai.
2.Murid melaksanakan shalat dalam kehidupannya sehari-hari(being).Nah, di sinilah  bagian yang paling rumit itu. Sebenarnya,kekurangan pendidikan agama di sekolah selama ini hanya terletak disini, tidak pada aspek\knowingdandoingBagianknowingdan doing
telah beres dan telah mencapai hasil yang sangat bagus karenabagian ini memang mudah. Jadi, jika berbicara metode pembelajaranagama Islam, sebenarnya untuk tujuan pertama (knowing) dan kedua(doing) itu sudah tidak ada lagi persoalan, anggap saja telah selesai,tidak lagi perlu diberikan pelatihan tentang itu. Itu sudah beres,katakanlah baik secara keilmuan maupun dalam pelaksanaan.Bagaimana metode untuk meningkatkan keberagamaan siswa.
Iniaspek
being
. Inilahpersoalan kita.Pengetahuan masih berada di otak, di kepala, katakanlah masihberada di pikiran, itu masih berada di daerah luar (extern);keterampilan melaksanakan juga masih berada di daerah extern.Upaya memasukkan pengetahuan (knowing) dan keterampilanmelaksanakan (doing) itu ke dalam pribadi, itulah yang kita sebutsebagai upaya internalisasi atau personalisasi. Internalisasi karenamemasukkan dari daerah extern ke intern, personalisasi karena upayaitu berupa usaha menjadikan pengetahuan dan ketermpilan itumenyatu dengan pribadi (person).Metode internalisasi itu diaplikasikan dalam berbagai teknik. Adadua tenik utama. Pertama, teknik pengajaran kognitif; untuk ini Andadapat menyusun program pengajaran kognitif dengan menggunakanuraian afektifnya Bloom dan kawan-kawan. Kedua teknik nonpengajaran kognitif, seperti yang diuraikan berikut ini.
1. Peneladanan
Pendidik meneladankan kepribadian muslim, dalam segalaaspeknya baik pelaksanaan ibadah khas maupun yang
‘am
. Yangmeladankan itu tidak hanya guru, melainkan semua orang yangkontak dengan murid itu, antara lain guru (semua guru), kepalasekolah, pegawai tata usaha, dan segenap aparat sekolah termasukpesuruh, penjaga sekolah, penjaga sepeda, dan orang-orang yangberjualan di sekitar sekolah. Terpenting ialah peneladanan oleh orangtua murid di rumah. Mereka itu seharusnya meneladankan tidakhanya pengamalan ibadah khas, tetapi juga ibadah yang umumseperti meneladankan kebersihan, sifat sabar, kerajinan, transparansi,musyawarah, jujur, kerja keras, tepat waktu, tidak berkata jorok,mengucapkan salam, seyum, dan seterusnya mencakup seluruh gerakgerik dalam kehidupan sehari-hari yang telah diatur oleh Islam.
Mengapa peneladanan sangat efektif untuk internalisasi? Karenamurid secara psikologis senang meniru, kedua karena sanksi-sanksisosial, yaitu seseorang akan merasa bersalah bila ia tidak meniruorang-orang di sekitarnya.Dalam Islam bahkan peneladanan ini sangat diistimewakandengan menyebut bahwa nabi itu teladan yang baik (uswah hasanah).Nabi dan Tuhan menyatakan teladanilah nabi. Dalam perintah yangekstrem disebutkan barang siapa yang menginginkan berjumpadengan Tuhannya hendaklah ia mengikuti Allah dan rasulNya. Jika di atas dikatakan pembelajaran agama Islam selama ini gagalpada bagian keberagaman, sangat mungkin guru agama dan parapendidik lainnya kuarang memperhatikan teori ini.
2. Pembiasaan
Kadang-kadang kepala sekolah merasa terlalu banyak waktu akanterbuang bila pembiasaan hidup beragama terlalu maksimal disekolahnya. Ada pembiasaan shalat berjama’ah zuhur, dikatakanmerepotkan, memboroskan waktu. Ada pembiasaan melaksanakanshalat jum’at di sekolah, disebut memboroskan waktu danmerepotkan.Satu kelas menengok kawannya yang sakit, digunakan waktu 60menit, itu akan merugikan jam pelajaran efektif, urunan untukmembantu teman yang sakit disebut pemborosan, dan sebagainya.Pandangan ini sebenarnya sangat keliru. Inti pendidikan yangsebenarnya ialah pendidikan akhlak yang baik. Akhlak yang baik itudicapai dengan keberagamaan yang baik, keberagamaan yang baikitu dicapai dengan –antara lain- pembiasaan. Jarang kepala sekolahmenyadari bahwa bila akhlak murid baik, maka pembelajaran lainnyaakan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dengan hasil yang lebihbaik. Konsep ini sekalipun sangat jelas, pada umumnya belum jugadisadari oleh para guru. 
3. Shalat sunnat mutlak sebagai pengganti ceramah Israk Mikraj.
 Tatkala tiba hari peringatan isra mikraj, biasanya ada ceramah. Isiceramahnya sudah ditebak murid-murid. Karena itu sesekali tidakperlu ada ceramah. Diumumkan pada murid, besok siap wudluk darirumah, bawa pakaian slahat, kita akan mengadakan peringatan israkmikraj. Tiba waktunya, pada jam pelajaran pertama, semua muriddisuruh masuk musholla atau aula, lantas melakukan shalat sunatsebanyak –misalnya- 20 rakaat, lakukan dua-dua, namanya shalatsunat mutlak. Itu akan menggunakan waktu sekitar 30 menittermasuk persiapan. Isra mikraj itu intinya ialah shalat. Setelahselesai kembalilah ke kelas, jam pelajaran efektif hanya terpakaisekitar 40 menit secara keseluruhan.
4. Membaca shalawat sebagai pengganti ceramah MauludNabi.
 Tatkala peringatan maulud nabi, sesekali tidak perlu ada ceramah,toh ceramahnya rata-rata sudah dapat ditebak. Guru mengumumkanpada murid bahwa besok kita mengadakan peringatan maulud nabi.Besoknya murid-murid semua dikumpulkan di aula atau musholla (biladapat menampung). Guru mengomando, mari kita membacakanshalawat untuk nabi, selama 20 menit. Guru agama, atau guru lain,atau salah seorang murid memimpin pembacaan shalawat. Bila telahselesai, kembalilah ke kelas. Jam pelajaran efektif hanya terpakaikurang dari 30 menit.
5. Berbagai perlombaan
Perlombaan-perlombaan banyak yang dapat dimanfaatkan sebagaiteknik internalisasi yang dimaksud. Perlombaan mengarang yangisinya diarahkan ke nilai-nilai keberagamaan, perlombaan berpidatoatau khutbah, cerdas cermat, dan sebangsanya merupakan pilihanyang layak dipertimbangkan.
6. Berbagai doa
 Do’a akan memulai pelajaran boleh saja sekali-sekali membacasesuatu ayat (atau beberapa ayat) al-Qur`an. Do’a selesai belajarsebaiknya jangan satu macam. Boleh diganti dengan bacaansemacam wirid. Misalnya, guru berkata anak-anak kita telah selesaibelajar, kita akan pulang kerumah, mari kita membaca ayat kursi 3kali, mulai. Lantas pulang dan guru tidak usah mengucapkan apa-apalagi.
7. Menyanyikan lagu-lagu keagamaan
Ini baik sekali bagi murid-murid Taman Kanak-kanak dan SekolahDasar.
8. Membaca Al-Qur`an
 Sekira 10 menit sebelum jam pelajaran pertama dianjurkan anak-anak itumembaca al-Qur`an yang dibawanya dari rumah. 
9. Selalu
thahur 
Maksudnya, para murid itu selalu dalam keadaan wudluk,wudluknya tidakpernah batal. Guru dapat menganjurkan murid-muridnya agar selalu
thahur 
; tentu saja guru meneladankan.10.
Puasa sunnat
Murid-murid sangat dianjurkan melaksanakan puasa sunnat,misalnya puasa Senen Kamis, Senan saja atau Kamis saja, sebaiknyaguru meneladankan.
Pendidikan menuju keberagamaan yang tinggi harus didukung olehsemua pihak, termasuk orang tua di rumah. Dukungan itu sebenarnyamerupakan bagian dari penerapan metode internalisasi tadi.Upaya menemukan teknik-teknik itu harus ada pada guru-guru,spesifikasi sekolah dan tempat pendidikan masing-masing berbeda,teknik-tenik tertentu tepat pada suatu tempat belum tentu cocokdigunakan di tempat lain. Kebiasaan di pesantren akan merupakansumber belajar guru dalam rangka menemukan teknik lebih banyakdan lebih variatif. Memasukkan konsep ke dalam susunan berbentukkarangan indah, nyanyian, merupakan kemungkinan teknikinternalisasi yang cukup efektif terutama pada murid-murid tingkattaman kanak-kanak dan sedolah dasar sembilan tahun.Apa yang dikemukakan di atas, yaitu metode internalisasi danteknik-tekniknya, masih dalam bentuk gagasan. Nanti setelah seringdicobakan dan ternyata hasilnya baik, maka gagasan tersebutmenjadi teori ilmu (sain) pendidikan; sementara ini gagasan itu masihberada di daerah filsafat pendidikan.
INTEGRASI AJARAN AGAMA ISLAM KE DALAMPEMBELAJARAN
Penyelenggaraan pendidikan keimanan dan ketakwaan (imtak) ituadalah tugas sekolah, bukan tugas guru agama saja. Tujuanpendidikan imtak itu tidak akan tercapai bila hanya dilakukan olehguru agama saja. Karena itu kepala sekolah, semua guru, semuakaryawan, dan orang tua murid harus ikut menyelenggarakanpendidikan imtak itu.Bab ini membicarakan sebagian yang harus dilakukan oleh guruumum dalam rangka membantu terselenggaranya pendidikan imtakagar pendidikan imtak itu lebih maksimal hasilnya.Yang dimaksud dengan guru umum ialah guru yang mengajarkanmata pelajaran umum, seperti guru Matematika, guru Biologi, guruOlah Raga, dan lain-lain, pokoknya guru selain guru agama.(Penyebutan guru umum ini sudah tepat; itu bukan pertanda kitamenganut dikotomi. Umum itu lawannya khusus, bukan agama.Sering orang mengatakan umum-agama sebagai tanda penganutdikotomi).Bagaimana cara guru umum melaksanakan pendidikan imtak,sementara ia bukan guru agama? Caranya ialah denganmengintegrasikan ajaran agama ke dalam pembelajarannya.Pengintegrasian itu dapat dilakukan pada:a.Pengintegrasian materi pelajaran,b.Pengintegrasian prosesc.Pengintegrasian dalam memilih bahan ajard.Pengintegrasian dalam memilih media pengajaran.
Pengintegrasian
materi
, maksudnya ialah mengintegrasikankonsep atau ajaran agama ke dalam materi (teori, konsep)pengetahuan umum yang sedang diajarkan. Ini terbagi menjadibeberapa kemungkinan:
a.
Pengintegrasian filosofis, bila tujuan fungsional mata pelajaran(umum) sama dengan tujuan fungsional mata pelajaran agama.Misalnya: Islam mengajarkan perlunya hidup sehat, sementaraIlmu Kesehatan juga mengajarkan perlunya hidup sehat.Matematika mengajarkan teliti, Islam juga mengajarkan teliti.b.Pengintegrasian karena konsep agama berlawanan dengan konseppengetahuan umum. Misalnya (jika benar) guru Biologimengajarkan manusia berasal dari monyet (mungkin mengacupada teori Darwin) sementara guru agama Islam mengajarlkanbahwa manusia berasal dari Adam, dan Adam dari tanah. Yangberlawanan ini harus diselesaikan: mungkin guru agama Islam(GAI) yang salah mungkin juga guru Biologi yang keliru. Yangpenting, konsep yang berlawanan itu jangan diajarkan seperti itu.Misalnya, GAI mengajarkan bahwa bunga bank, betapapunkecilnya, haram; sementara guru Ekonomi mengajarkan bahwabunga bank boleh. Ini pun harus diselesaikan. Murid tidak bolehdiajari konsep yang berlawanan.
c.
Pengintegrasian dapat dilakukan jika konsep agama salingmendukung dengan konsep pengetahuan (umum). Misalnya GuruIlmu Kesehatan sedang mengajarkan konsep bahwa kebanyakanpenyakit berasal dari makanan; lantas ia mengajarkan bahwa dietitu perlu untuk kesehatan. guru Ilmu Kesehatan itu dapatmeneruskan bahwa puasa adalah diet yang sangat baik. Cukupbegitu saja, tidak usah menuliskan dalil atau uraian lebih banyak.Misalnya lainnya. Guru Astronomi sedang menerangkan bendaangkasa, bahwa benda angkasa itu beredar pada garis edarnyamasing-masing. Lantas ia mengatakan bahwa ada ayat al-Qur`anyang menjelaskan bahwa memang benda-benda di langit ituberedar pada garis edarnya masing-masing karena diatur Allahdemikian. Cukup sebegitu, tidak usah pakai dalil atau uraian lain.Pengintegrasian perlu dilakukan juga dalam
proses
pembelajaran.Konsepnya: jangan ada proses pembelajaran yang berlawanandengan ajaran agama Islam. Misalnya: guru renang laki-laki mengajarimurid perempuan berenang. Penyelesaiannya ialah mengganti gururenang lelaki dengan guru renang perempuan. Dengan demikianproses berjalan sesuai dengan ajaran Islam. Demikian juga padaproses yang lain seperti pengajaran menari dan lain sebagainya.Pengintegrasian perlu juga dilakukan dalam memilih
bahan ajar
.Misalnya guru Bahasa Indonesia dapat memilih bahan ajar yangmemuat ajaran Islam untuk dibahas, misalnya dalam memilih sanjak; juga dalam memilih bahan bacaan lainnya. Di sini, guru Bahasa

 
Indonesia itu memang berniat hendak meningkatkan imtak siswamelalui pengajaran Bahasa Indonesia.Pengintegrasian juga dapat dilakukan dalam
memilih media
.Misalnya, tatkala guru Matematika memilih sosok, ia menggunakansosok mesjid untuk mengganti rumah. Ia mengajarkan bahwa satumesjid ditambah dua mesjid sama dengan tiga mesjid. Tentu ituhanya dilakukan sekali-sekali saja.Pengintegrasian itu dilakukan secara selintas, seperti tidakdisengaja, tidak formal, tidak ditulis dalam lesson plan (persiapanmengajar), tidak dievaluasi baik pada post-test mapun pada ulanganumum, tidak mengurangi waktu efektif pengajaran umum.Usaha pengintegrasian materi ini, di samping untuk membantutercapainya tujuan PAI juga berdaya dalam menghilangkanpandangan dikotomis yang menganggap bahwa pengetahuan(pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, pengetahuan mistik)merupakan pengetahuan bebas nilai. Demikian pula agamadipandang sebagai sesuatu yang tidak memiliki kaitan denganpengetahuan itu. Keduanya tidak dapat dipertemukan, bahkan agamadapat dianggap penghambat perkembangan pengetahuan.Pandangan tersebut merupakan akibat dari cara pandang yangkeliru, baik terhadap agama maupun terhadap pengetahuan umum. Jika integrasi agama dengan pengetahuan umum berhasil denganbaik, maka salah satu hasilnya ialah agama itu akan memandupengetahuan umum.


INTEGRASI AJARAN ISLAM KE DALAMKEGIATAN EKSTRA KURIKULER

 Melalui kegiatan ekstrakurikuler peningkatan imtak siswa dapatdilakukan sekolah dengan memfasilitasi siswa mengembangkanberbagai kegiatan ekstrakurikuler baik yang berkaitan dengan matapelajaran umum yang bernuansa keagamaan maupun kegiatanekstrakurikuler keagamaan.Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuaidengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulerberupa kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan denganprogram kurikuler. Contoh-contohkegiatan ekstra kurikuler antara lain ialah kepramukaan, usahakesehatan sekolah, olah raga, palang merah, kesenian.Berbagai kegiatan ekstra kurikuler itu dapat dimanfaatkan untukmeningkatkan keberagamaan siswa. Sebagai contoh guru matapelajaran IPS dapat mengembangkan pokok bahasan yang berkaitandengan kehidupan sesama manusia. Dalam pokok bahasan tersebutdiuraikan mengenai tanggungjawab terhadap orang miskin. Pokokbahasan ini dapat dikembangkan menjadi suatu kegiatan ekstrakurikuler berupa pengumpulan dana, atau bahan makanan,atau pakaian layak pakai termasuk pakaian seragam sekolah layakpakai untuk disumbangkan kepada orang yang memerlukan.Penyalurannya biasa melalui yayasan, panti, atau diberikan secaralangsung. Dalam hal jenis pengumpulan dana, dana tersebut jugadapat diberikan dalam bentuk beasiswa kepada teman-temansekolahnya.

Ekstrakurikuler yang Mendukung Peningkatan Imtak 
1)  Tidak boleh ada kegiatan ekstrakurikuler yang tidak memberikesempatan kepada siswa untuk melaksanakan kewajibanagamanya.
2) Membuat berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang bernuansakondusif dalam mendukung pengamalan nilai-nilai imtaq.Kegiatan lomba dalam upaya memantapkan hidup bersih dapatdilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler, misalnya saja masing-masing kelas diberi tugas merawat kebersihan kelas dan merawattaman. Kegiatan ini dapat berlanjut menjadi kegiatan lomba secarasederhana sebagai upaya memotivasi para siswa.Banyak hal mengenai ajaran Agama Islam yang dapatdiaktualisasikan kedalam kegiatan ekstrakurikuler yang dapatdilakukan setiap saat sebagai upaya pembinaan secara ajeg. Ajaranyang mengajak hidup hemat, tidak boros sebagai mata pelajaranPendidikan Agama Islam, serta pokok bahasan membahas tentangkebutuhan manusia yang tak terbatas berhadapab dengan saranaatau sumber yang terbatas (kelangkaan) dan adanya pengorbananekonomis untuk memperolehnya sebagai poko bahasan matapelajaran Ekonomi, dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatanmenabung.Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan dalam bentukkegiatan keseharian yag terintegrasi dengan tata kehidupan sekolah.Misalnya kelompok kebersihan kelas, kelompok pelestarian alam atautaman sekolah atau kelompok diskusi.

PENCIPTAAN SUASANA SEKOLAH YANG KONDUSIFBAGI PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN SISWA
Suasana sekolah diduga sangat berpengaruh terhadapberkembangnya keberagamaan siswa. Suasana sekolah yang kondusif itu mengusahakan hal-hal berikut.
1)Keamanan
Keamanan merupakan modal pokok dalam menciptakan suasanayang harmonis dan menyenangkan di sekolah. Keamanan di sin
adalah rasa aman adan tentram serta bebas dari rasa takut, baik lahirmaupun batin, yang dirasakan oleh seluruh warga sekolah. Suasanasekolah yang aman dan tentram dapat memacu warga sekolah untukmelakukan aktivitas dengan baik, tanpa diikuti rasa waswas yangdapat mengganggu proses belajar-mengajar di kelas. Tanpa rasaaman, maka semua kegiatan pendidikan termasuk upaya peningkataniman dan taqwa siswa tidak akan berjalan dengan baik.Rasa aman dapat diciptakan melalui penataan kondisi sekolahyang sedemikian rupa, sehingga ancaman dan gangguan baik-baikfisik maupun psikologis dapat diatasi dengan baik. Sekolah harusproaktif mengantisipasi dan mengatasi segala bentuk gangguan baikyang timbul dari dalam maupun luar lingkungan sekolah. Sekolah jugahaus memberikan rasa aman kepada semua warga sekolah untukberpikir, berpedapat, dan melakukan hal-hal yang bersifat konstruktif dan produktif. Dengan demikian fungsi sekolah selain memberikan jaminan keamanan atas kebebasan menyatakan pendapat danbertindak sesuai dengan tuntutan norma.
2)Kebersihan
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Suasana bersih, sehat dansegar yang terasa dan tampak pada seluruh ruang kelas, ruang kerja,kamar mandi, halaman, dan fasilitas sekolah lainnya merupakankodisi yang harus diciptakan sekolah untuk mendukung iklim sekolahyang kondusif. Selain perintah agama, kebersihan merupakan bagiandari pendidikan kesehatan karena bersih merupakan cerminketerauran dalam kehidupan. Karena itu, kebiasaan hidup bersihhendaknya disosialisasikan kepada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan nyata di sekolah.Hidup bersih tidak hanya terbatas pada aspek fisik belaka, namun juga menyangkut aspek psikis. Kebersihan batiniah merupakan aspekyang harus mendapat perhatian yang seksama dari sekolah.Kebersihan batiniah menyangkut berbagai perilaku psikis yangdiwujudkan dalam sikap jujur, pemaaf, ikhlas, tidak dengki, tidakdendam, dan semacamnya. Dengan kata lain, kebersihan batinmerupakan upaya membersihkan diri dari penyakit hati yang dapatmerusak keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan serta dapatmerusak tali silaturahim antar sesama muslim dan umat manusiaapada umumnya.
3)Ketertiban
Ketertiban adalah suatu kondisi yang mencerminkan suatukeharmonisan dan keteraturan dalam pergaulan antarwarga sekolah,dalm penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,dalam penggunaan waktu belaajr mengajar, dan dalam hubungandengan masyarakat sekitar. Ketertiban ini tidak tercipta dengansendirinya melainkan diupayakan oelh setiap warga sekolah untukmewujudkannya melalui lingkungan yang terkecil, seperti kelas,perpustakaan, ruang kerja, dan kamar mandi/toilet kemudian meluaske lingkungan dalam sekolah dan lingkungan luar sekolah.Untuk mewujudkan kondisi tertib ini, sekolah hendaknyamenetapkan seperangkat tata tertib sekolah yang meliputi tata tertibsiswa, tata tertib guru dan karyawan. Di damping itu, sekolahhendaknya menyediakan sarana dan prasarana sekolah untukmenunjang terlaksananya ketertiban sekolah seperti tempat parkir,tempat sampah, kantin/tempat makan dan semacamnya. Pengawasanpelaksanaan ketertiban juga diperlukan agar semua warga sekolahdapat mentaati semua tata tertib sekolah dan menggunakan semuaperangkat sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan fungsimasing-masing.
4)Keteladanan
Nabi Muhammad SAW berhasil menanamkan iman amat kuat padamuridnya. Salah satu cara yang beliau tempuh dalam menanamkaniman ialah dengan meneladankan; beliau jauh lebih banyakmeneladankan daripada mengajarkan secara lisan.Keteladanan merupakan salah satu kunci utama dalam penanamandan peningkatan iman, sebab dengan menampilkan berbagai bentukaplikasi dari keimanan dan ketakwaan, orang yang melihatnya akanlangsung mampu meniru perbuatan baik tersebut, tanpa sulitmemahaminya.Keteladanan merupakan salah satu metoda dalam penanamannilai-nilai agama yang paling efektif. Menyampaikan ajaran Islamseharusnya lebih banyak melalui peneladanan, sehingga nilai-nilaikebenaran itu tidak hanya eksis pada tataran kognitif saja, tetapibenar-benar terwujud dalam kehidupan sehari-hari.Para guru yang memiliki kewajiban menyampaikan nilai-nilaikeimanan dan ketakwaan, tidak merasa cukup dengan hanyamengajarkannya di kelas melalui pembelajaran, akan tetapi gurumerasa wajib menyampaikan perannya sebagai sosok yang mampuditaati dan ditiru siswa. Maka metoda peneladanan ini akan semakinpenting perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif untuk menumbuhkembangkan keimanan dan ketakwaan siswa. Metode iniamat penting diketahui dan digunakan juga oleh orang tua di rumah.
5)Keterbukaan
Sifat transparansi dari sistem manajemen sekolah dan pada setiappermasalahan, merupakan sifat keterbukaan yang harus ada padasistem persekolahan. Dengan adanya keterbukaan dari setiap insnsekolah, diharapkan tidak terjadi adanya saling curiga, berburuksangka, beriri hati, fitnah dan sifat-sifat buruk lainnya yang cenderungmengaiaya dan merusak hak orang lain.Sistem manajemen sekolah yang transparan terutama dalammanajemen keuangan sangatlah penting, sebab seringkali masalahkeuangan ini jika dikelola dengan tidak transparan menyebabkanmasalah-masalah yang serius, yang berakibat tidak harmonisnyahubungan antar insan sekolah. Keadaan harmonis ini akanmenciptakan situasi yang kondusif bagi tumbuh kembangnyakeimanan dan ketaqwaan insan sekolah, terutama siswa.

Untuk menciptakan suasana seperti itu sebaiknya diperhatikan hal-halberikut ini.
1)Peraturan Sekolah
Peraturan yang dikeluarkan sekolah merupakan aspek pertamayang harus ada dalam upaya pengembangan suasana sekolah yangkondusif. Salah satu dari peraturan ini adalah tata tertib sekolah yangmemuat hak, kewajiban, sanksi, dan penghargaan bagi siswa, kepalasekolah, guru dan karyawan. Tata tertib sekolah ini hendakmnyamencerminkan nilai-nilai ketakwaan.Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk dimasukan dalamtata tertib sekolah dalam rangka peningkatan imtaq siswa antara lain:
a) Kewajiban mengucapkan salam antar sesama teman, dengankepala sekolah dan guru, serta dengan karyawan sekolah apabilabaru bertemu pada pagi hari atau mau berpisah pada siang/sorehari.
b) Berdoa sebelum guru akan memulai mengajar di pagi hari danketika pelajaran akan diakhiri di siang/sore hari.
c) Kewajiban untuk melakukan ibadah bersama, seperti shalat dzuhurberjamaah untuk melatih disiplin beribadah dan jiwa kebersamaan.
d) Kewajiban untuk mengikuti kegiatan keagamaan yangdilaksanakan oleh sekolah, seperti peringatan hari-hari besar islam,pesantren ramadhan, pesantren kilat semacamnya.
e) Kewajiban untuk ikut menciptakan suasana aman, bersih, sehat,indah, tertib, kekeluargaan, dan rindang di lingkungan sekolah dansekitarnya.
f) Siswa berpakaian sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam, sepertimemakai kerudung bagi siswa putri.Peraturan tersebut hendaknya dibuat dan dibahas bersama-samadengan melibatkan unsur kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, danKomite Sekolah sehingga berbagai nilai, norma, dan aturan yang telahdibuat dapat disepakati dan dilaksanakan bersama secara konsekuen.

2)Tenaga Pembina
Untuk menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagipeningkatan imtaq siswa diperlukan tenaga pembina yang secaraterus menerus melakukan bimbingan, arahan, dan pengawasan,terhadap segenap aspek yang berkaitan dengan program imtaq disekolah. Kegiatan pembinaan ini harus melibatkan segenap potensisumberdaya manusia yang tersedia disekolah, sehingga gerakanpembinaan ini berjalan secara serentak dan terintegrasi.Setidaknya ada tiga komponen tenaga pembina suasana sekolahyang kondusif bagi peningkatan imtak siswa, yaitu kepala sekolah,guru agama, dan guru umum.
a)Kepala SekolahSebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peranyang sangat sentral dalam upaya penciptaan suasana sekolah yangmemungkinkan dapat mendorong peningkatan imtak siswa. Peran inidapat dilakukan kepala sekolah sebagai manajer pendidikan dalammengelola segenap sumberdaya pendidikan (sumberdaya manusia,dana, dan sarana parasarana) yang tersedia di sekolah.Dalam upaya ini, kepala sekolah harus mampu mengatur tenagapembina utama kegiatan pembinaan imtaq siswa, menyediakansarana dan parasarana yang diperlukan, menggalang danmenyediakan berbagai dana yang diperlukan untuk membiayaikegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan imtaq. Berbagaiupaya ini hendaknya diprogramkan secara integral dengan programkegiatan sekolah yang yang disusun setiap tahun dengan melibatkanberbagai pihak termasuk orang tua murid.
b)Guru Agama IslamGuru Agama Islam (GAI) merupakan tenaga inti yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan watak, kepribadian, keimanan,dan ketaqwaan siswa di sekolah.
c). Guru Umum Tenaga Kependidikan Lainnya

3)Sarana Prasana
Faktor dominan, disamping ketenagaan dan peraturan sekolah,dalam menciptakan suasana sekolah yang kondusip bagi peningkatanimtak siswa adalah ketersediaan sarana dan parasarana sekolah yangdapat menunjang kegiatan pembinaan. Sarana dan prasaranapendidikan yang baik dan penataannya yang teratur akanmemberikan nuansa yang menyenangkan bagi segenap wargasekolah dalam melaksanakan kegiatan masing-masing termasukdalam pembinaan keagamaan siswa.Beberapa sarana dan prasarana yang diperlukan untukmenciptakan suana sekolah yang kondusif bagi pembinaan siswaantara lain:
a)Lingkungan fisik dan psikologis sekolah yang aman, bersih dansehat, yang dilengkapi dengan pemagaran sekeliling sekolah,tanaman dan pepohonan yang rindang kebun dan tanaman bungayang tertata rapi, lingkungan sekolah yang jauh dari kebisingansuara dan polusi udara, serta lingkungan sekolah yang bebas dari jaringan dan pusat peredaran obat-obatan psikotropika dan obatterlarang lainnya.

b) Tempat ibadah berupa mushallah atau masjid yang dapatmenampung siswa untuk melaksanakan shalat wajib berjamaah ,khususnya shalat duhur dan shalat Juma’at. Bilamana sekolahbelum mempunyai mushalla atau masjid ruang-ruang sekolahlainnya yang volume penggunaannya relatif kecil atau ruang yang tidak dipakai dapat dijadikan sarana ibadah siswa. Mushalla atauruang ibadah yang kecil dapat digunakan secara bergantian antar kelompok siswa untuk melakukan shalat berjamaah dengan bimbingan GPAI atau guru lainnya yang ditunjuk.
c) Tempat pengambilan air wudlu bagi siswa yang akan menjalankanshalat. Tempat ini dapat menggunakan kamar kecil yang ada atau kran air yang dibuatkan secara khusus di dekat mushalla atau ruang ibadah. Kran air yang dibuat  khusus ini lebih baik dari padakamar kecil karena lebih terjamin kebersihannya dan siswa dapatmengambil air wudlu dari air yang mengalir.
d) Aula atau ruang besar yang dapat digunakan untuk kegiaran ceramah agama, peringatan hari-hari besar Islam atau diskusitentang masalah imtaq dan iptek. Biasanya di sekolah-sekolahbesar ruang pertemuan dengan kapasitas besar sudah tersedia,sehingg ruang tersebut dapat digunakan secara bergantian denganacara-acara lainnya.
e) Kitab suci al-Quran dengan terjemahnya, kitab-kitab hadits denganterjemahnya, buku-buku ibadah, fiqh, akhlaq, tarikh islam, danbuku-buku islam lainnya. Kitab dan buku tentang keislaman ini sebaiknya diletakkan di mushalla atau perpustakaan yang setiapsaat dapat dipinjam atau dibaca oleh siswa.
f) Hiasan dinding, ornamen, dan kaligrafi yang bernuansa Islam yangdapat dipajang pada ruang-ruang kelas, ruang guru dan tatausaha, perpustakaan, serta ruang lainnya yang memungkinkan.
g) Kamar kecil tempat pembuangan air kecil dan besar yang terjagakebersihannya yang dibagi antara siswa laki-laki dan perempuan.
h) Penyediaan air bersih dan pembuangan air kotoran merupakansyarat terjaganya fasilitas umum ini. Walaupun di sekolah terdapat petugas  kebersihan, namun program untuk menjaga kebersihan kamar kecil menjadi tanggung jawab warga sekolah, khususnyapara siswa.

Program Kegiatan Beberapa program kegiatan yang dapat dilakukan sekolah bagipengembangan suasana sekolah kondusif antara lain:
1)Menata lingkungan sekolah secara teratur, antara lain taman dankebun sekolah, halaman bermain, tempat duduk untuk beristirahat,tanaman dan pepohonan lainnya, serta bangunan fisik lainnya.Program ini bisa dilakukan dengan memberikan tanggung jawabpemeliharaan lingkungan kepada siswa secara berkelompok yangdiatur secara bergantian.
2)Melaksanakan kebiasaan bersikap dan berperilaku sesuai dengantuntunan akhlaqul karimah yang dicontohkan Rasulullah saw,seperti mengucapkan dan atau menjawab salam kepada sesamateman di sekolah, berdoa sebelum memulai pelajaran, mendoakanteman atau anggota keluarganya yang sakit, atau yang sedangditimpa musibah, bersikap santun dan rendah hati, salingmenghormati dan menolong antar sesama, dan semacamnya.Upaya pembiasaan ini harus dilakukan setiap hari, sejak siswamasuk di kelas satu, sehingg akhlak yang luhur ini menjadi budayapergaulan siswa di sekolah.

Melaksanakan shalat dhuhur berjamaah dan shalat juamat untukmeningkatkan disiplin ibadah dan memperdalam rasakebersamaan dan persaudaraan antar sesama muslim. Dalamkegiatan ini, murid secara bergantian menjadi imam, muadz-dzin, khatib, dan penceramah. Sesudah shalat dhuhur diupayakandiadakan kuliah tujuh menit (kultum) untuk melatih siswamengemukakan pokok-pokok pikirannya tentang nilai dan normaagama islam yang menjadi anutan dan bimbingan perilaku setiaphari.
4)Mengumpulkan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), mengumpulkanpakaian bekas seragam sekolah atau pakaian bekas lainnya,mengumpulkan buku-buku bekas yang tidak terpakai untukdiberikan kepada fakir miskin, anak yatim piatu, dan orang lainyang membutuhkan. Kegiatan ini bermanfaat untuk membina sikapdan rasa peduli antar sesama yang secara ekonomis kurang beruntung.
5)Melaksanakan pesantren ramadhan dan pesantren kilat untukmemberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman tentangnilai dan norma islam yang dilaksanakan pada bulan ramadhandan liburan panjang. Program ini akan mencapai keberhasilanapabila disiapkan secara matang dengan mendayagunakan semuasumber daya yang tersedia di sekolah dan lingkungan sekitar.
6)Melaksanakan peringatan hari-hari besar Islam untukmeningkatkan dakwah dan wawasan siswa tentang sejarah, nilai,dan norma agama Islam yang berkembang di masa lalu, masa kini,dan masa yang akan datang. Kegiatan ini sebaiknya dilakukandengan mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Islamyang berada di sekitar sekolah, seperti mesjid, pondok pesantren,pusat-pusat studi Islam, dan semacamnya.
7)Melaksanakan lomba karya tulis ilmiah di lingkungan sekolah atauantar sekolah tentang pentingnya imtaq dan iptek untukmemberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, berpersepsi,dan memberikan gagasan-gagasan baru tentang pentingnya aspekkeagamaan dalam pembangunan bangsa di abad informasi ini.
8)Melakukan kunjungan ke tempat-tempat studi dan peninggalanagama Islam, seperti Islamic Center, mesjid-mesjid besar, pondokpesantren, dan pusat-pusat peninggalan syi’ar Islam di masa silam,untuk memberikan nuansa dan gambaran perjuangan umat Islamdalam menegakkan agama Allah. Dalam kegiatan ini siswa dimintauntuk menuliskan semua pengalaman yang mereka temui dilapangan, baik berupa hasil pengamatan, wawancara, ceramah,diskusi, dan semacamnya.
9)Membina guru dan tenaga kependidikan lainnya tentang programpengembangan keimanan dan ketaqwaan oleh kepala sekolah danatau pengawas.

10)Mengundang nara sumber, tokoh agama, intelektual islam, dantokoh-tokoh lainnya untuk memberikan materi keimananketaqwaan serta materi keilmuan lainnya yang dapat memberikanwawasan keagamaan dan keilmuan kepada siswa dan kepadawarga sekolah pada umumnya.Semua program kegiatan hendaknya menjadikan siswa sebagaipusat dan pemeran utama. Untuk itu diupayakan agar kegiatan-kegiatan tersebut diorganisir oleh siswa dengan bimbingan kepala sekolah, GAI, dan guru lainnya. Dengan demikian siswa akanmendapatkan pengalaman langsung tentang   kegiatan yang merekaorganisasikan sendiri, sehingga kegiatan tersebut melatih merekauntuk lebih memahami, menghayati, dan bertanggung jawab tentangapa yang mereka lakukan.

KERJA SAMA SEKOLAH DENGAN ORANG TUA MURID
Rumah tangga (di situ ada orang tua murid) adalah tempat pendidikan pertama dan utama. Pertama karena di situlah murid itumula-mula mendapat  pendidikan; utama karena pengaruh pendidikandi rumah tangga itu sangat besar dalam terbentuknya kepribadian.Pernyataan ini menunjukkan pentingnya sekolah bekerjasama denganrumah tangga, maksudnya bekerjasama dengan orang tua murid.Pentingnya sekolah bekerjasama dengan rumah tangga sudahsejak lama diteorikan. Sekarang ini semua guru menganggap perlu adanya kerjasama dengan orang tua murid. Guru Matematika perlukerjasama dengan orang tua murid, sekurang-kurangnya agar orangtua murid mengingatkan agar anaknya tidak lupa mengerjakan PR.Guru mata pelajaran lain demikian juga. Nah, agar pendidikan keimanan dan ketakwaan berhasil; kerjasama sekolah dengan orangtua murid sangat perlu.Pada bagian terdahulu sudah dijelaskan bahwa bagian terbesar tujuan pendidikan agama adalah keberagamaan murid, artinya berhasil atau tidaknya pendidikan agama itu ditandai oleh diamalkannya ajaran agama itu sehari-hari oleh murid. Nah, orang tua di rumahlah yang paling mengetahui pengamalan itu oleh anaknya.Orang tua melihat anaknya  mengamalkan ajaran agama. Lebih dariitu, metode  peneladanan sebagai metode unggulan untukmeningkatkan keberagamaan murid, sangat mengandalkanpeneladanan oleh orang tuanya di rumah. Orang tuanyalah yangpaling tepat untuk meneladankan shalat tepat waktu, meneladankankesabaran, pemurah, orang tuanyalah yang paling tepat meneladankan bagaimana menghormat tamu, bertetangga, dan lain-lain bentuk pengamalan ajaran Islam sebagai taneda keberagamaan.Pembiasaan adalah metode unggulan yang lain dalammengembangkan keberagamaan murid. Lagi-lagi, orang tua dirumahlah yang paling cocok untuk membiasakan tersebut, yaitu membiasakan mengamalkan ajaran Islam. Orang tuanyamembiasakan shalat tepat waktu, membaca basmalah tatkala akanmakan, menjawab salam bila tamu berkunjung ke rumah.Metode andalan tersebut (peneladanan dan pembiasaan) memangdapat juga digunakan di sekolah, dilakukan oleh kepala sekolah, guru agama, guru umum, dan aparat sekolah laoinnya. Tetapi, penerapan kedua metode itu sangat terbatas di sekolah karena kehidupan murid itu jauh lebih lama di rumah ketimbang di sekolah. Kehidupan dirumah adalah kehidupan yang asli, yang sebenarnya, sementara kehidupan di sekolah kebanyakan artifisial, tidak selalu menggambarkan kehidupan yang sebenarnya. Konsekwensi darikonsep-konsep ini antara lain ialah pendidikan keberagamaan lebihberhasil bila dilakukan di rumah ketimbang di sekolah. Keunggulanpendidikan agama di sekolah ialah dan hanya dalam bidang  menambah pemahaman; meningkatakan keberagamaan muridsebagian besar harus di lakukan di rumah. Inilah yang mendasari teorikita bahwa untuk memperoleh peningkatan  kebertagamaan muridadalah sangat perlu adanya kerjasama sekolah dan rumah tangga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar