PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
PENDAHULUAN
Untuk melaksanakan pendidikan agama Islam yang
berhasil perlu dilakukan pendidikan agama yang terpadu. Keterpaduan yang dimaksud
adalah: keterpaduan tujuan, keterpaduan materi, keterpaduan proses.
Keterpaduan
tujuan
berarti pencapaian tujuan
pendidikan merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan
(stakeholders)
pendidikan, yaitu pemerintah,
kepala sekolah, guru,orang tua siswa, dan masyarakat.
Keterpaduan
materi
ialah keterpaduan isi kurikulum
yang digunakan atau materi pelajaran. Semua materi pelajaran yang dipelajari
siswa handaknya saling memiliki keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran yang lainnya. Pengikat keterpaduan tersebut adalah tujuan
pendidikan keimanan dan ketakwaan. Jadi selain tujuan mata pelajaran itu
sendiri, hendaknyasemua bahan ajar mengarah kepada terbentuknya manusia
berimandan bertaqwa.
Keterpaduan
proses
, berarti para pendidik
hendaknya menyadari bahwa semua kegiatan pendidikan sekurang-kurangnyatidak
berlawanan dengan tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan, bahkan dikehendaki
semua kegiatan pendidikan membantu tercapainya siswa yang beriman dan
bertakwa.Ada beberapa konsep yang harus dipahami dan diterapkan untukmenjadikan
pendidikan agama (termasuk agama Islam) berhasil memberagamakan murid.
Konseo-konsep itu diuraikan berikut ini.
MEMAHAMI
PRINSIP-PRINSIPPENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah
usaha sadar untuk menyiapkansiswa agar
memahami ajaran Islam (knowing), terampil melakukanajaran Islam (doing), dan
melakukan ajaran Islam dalam kehidupansehari-hari (being).
Tujuan
Pendidikan Agama Islam
Adapun tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum
adalah untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan melakukan, danpengamalan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utamapendidikan agama Islam di
sekolah ialah keberagamaan, yaitu menjadi muslim yang sebenarnya. Keberagamaan
inilah yang selama ni kurang di perhatikan.
Cara
Mencapai Tujuan itu
Tujuan itu, secara sederhana,
dapat dicapai dengan pengajaran kognitif (untuk pemahaman), latihan melakukan
(untuk keterampilanmelakukan) dan usaha internaslisasi (untuk keberagamaan).
Upayamemberagamakan akan lebih mudah dilakukan di sekolah bilapendidikan agama
itu dijadikan core sistem
pendidikan.
MENJADIKAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSEBAGAI CORE SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Bagaimana seharusnya konsep
pendidikan nasional itu agar sesuai dengan kehendak Pancasila dan UUD45? Untuk menjawab pertanyaan itu dibahas hal-hal
berikut ini.
Cara
Mengoperasikan Negara
Sebuah negara terbentuk bila memenuhi tiga syarat.
Pertama
, ada sekelompok orang yang bersepakat membentuk
negara. Mereka inilah yang disebut warga negara.
Kedua
, ada tempat tinggal atau
wilayah yang jelas batasnya. Inilah yang kelak disebut sebagai tanah air.
Ketiga
ada nilai-nilai luhur yang
disepakati sebagai sumber aturansatu-satunya dalam mengoperasikan negara itu.
Inilah yang disebutfil safat negara. Setiap negara memiliki filsafat negara. Negara Indonesia memiliki filsafat negara yang disebut
Pancasila. Filsafat negara itu disepakati menjadi sumber nilai atau rujukan
satu-satunya dalam membuat aturan mengoperasikan negara itu.Nilai-nilai dalam
filsafat negara itu masih sangat umum danabstrak. Nilai-nilai itu harus
dioperasionalkan. Nilai dalam filsafat negara itu dioperasionalkan dalam
konstitusi atau disebut juga undang-undang dasar (UUD). UUD itu pun masih umum
sifatnya,maka UUD itu masih harus dioperasionalkan. UUD dioperasionalkan dalam
undang-undang (UU). Kadang-kadang UU itu masih juga harus dioperasionalkan. UU
dioperasionalkan ke dalam peraturan pemerintah (PP). Nah, PP masih perlu dioperasionalkan ke dalam suratke putusan
menteri (SKM). Kadang-kadang SKM masih
perludi operasionalkan dalam petunjuk teknis (JUKNIS). Urutan operasionalisasi
itu terlihat lebih mudah dalam diagram berikut:
FILSAFAT NEGARA KONSTITUSI (UUD) UNDANG-UNDANG
(UU) PERATURAN PEMERINTAH (PP) SURAT
KEPUTUSAN MENTERI (SKM) PETUNJUK TEKNIS
(JUKNIS)
Bagaimana aplikasi teori itu dalam menurunkan Pancasila
kedalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional? Itu terlihat dalam uraian singkat berikut.
Pancasila adalah sila pertama
(Ketuhanan Yang Maha Esa).Pendapat yang sangat penting itu disimpulkan dari
gambar Pancasilasebagai berikut: Gambar di atas bukanlah gambar Pancasila.3
(1)Ketuhanan
YME;
(2)Kemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan
Ketuhanan YME;
(3)Persatuan
Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan YME;
(4)Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilan
berdasarkan Ketuhanan YME;
(5)Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
berdasarkanKetuhanan
YME.Karena Ketuhanan YME adalah
Pancasila, maka seluruhturunannya (UUD, UU, PP, SKM, JUKNIS)
haruslah menempatkan
Ketuhanan YME sebagai.
Pendapat itu ditarik berdasarkanparadigma yang tergambar dalam chart berikut:
PANCASILA Ketuhanan YME UUD
Ketuhanan YME UU Ketuhanan YME PP Ketuhanan YME SKM Ketuhanan YME JUKNIS Ketuhanan YME UUD45 harus menurunkan seluruh nilai yang ada di
dalam Pancasila. Nilai pertama dan utama yang ada dalam Pancasila ialah Ketuhanan
YME dan nilai ini merupakan Pancasila.
Nilai ini telahturun dengan sempurna
dalam UUD45. Itu terlihat pada kata-kata“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha …”
yang tertulis dalam Pembukaan UUD45. Jadi, UUD45 adalah Ketuhanan YME itu.Agak disayangkan itu
tidaklah turun secara sempurna ke dalamUU Nomor 20/2003. Itu terlihat pada
pasal 3 UU itu; pada pasal tigaitu keimanan dan ketakwaan tidak merupakan
sistem pendidikan nasional. Pada pasal 3 UU
No.20/2003 disebutkan bahwa pendidikannasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Gambarnya sebagai berikut: Keimanan dan ketakwaan menjadi pendidikan nasional bilarumusan tujuan itu
sebagai berikut: pendidikan nasional bertujuanuntuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusiaberiman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa yang berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Gambarnya sebagai berikut:6 Kreatif
CakapMandiri Berilmu Demokratis Bertanggung Jaawab Sehat
Berakhlak MuliaBeriman dan bertakwa Berilmu Cakap Sehat
Kreatif Berakhlak Mulia Mandiri Demokratis
BertanggungjawabBerimanBertakwa
OPTIMALISASI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAMOLEH GURU AGAMA ISLAM
Pendidikan Agama Islam adalah
usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar
memahami (knowing), terampil melaksanakan (doing), dan mengamalkan (being)
agama Islam melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan Agama Islam di
sekolah (bukan di madrasah) ialah murid memahami terampil melaksanakan dan melaksanakan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT berakhalak mulia dalam kehidupan
pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Optimalisasi
Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak berarti penambahan jumlah jam pelajaran di
sekolah, tetapi melalui optimalisasi upaya pendidikan agama Islam. Itu berupa
optimalisasi mutu guru agama Islam dan optimalisasi sarana.Karakteristik utama
PAI adalah banyaknya muatan komponenbeingdi samping sedikit komponen knowing
dan doing Hal ini menuntut perlakuan
pendidikan yang banyak berbeda dari pendidikan bidang studi umum. Pembelajaran
untuk mencapai being yang tinggi
lebih mengarahkan pada usaha pendidikan agar murid melaksanakan apayang
diketahuinya itu dalam kehidupan sehari-hari. Bagian palingpenting dalam PAI
ialah mendidik murid agar beragama; memahamiagama (knowing) dan terampil
melaksanakan ajaran agama (doing) hanya mengambil porsi sedikit saja. Dua yang
terakhir ini memang mudah.Berdasarkan pengertian itulah pendidikan agama Islam memerlukan
pendekatan pendekatan naql, akal dan qalbu. Selain itu juga
diperlukan sarana yang memadai sehingga mendukung terwujudnya situasi pembelajaran yang sesuai dengan
karakter pendidikan agama Islam. Sarana ibadah, seperti masjid/mushallah ,mushaf
al-Quran, tempat bersuci/tempat wudlu merupakan salah satu contoh sarana pendidikan
agama Islam yang dapat dipergunakan secara langsung oleh siswa untuk belajar
agama Islam.Peningkatan mutu guru agama Islam diarahkan agar ia mampu mendidik muridnya untuk menguasai tiga tujuan tadi.
Untuk itu perlu ditingkatkan kemampuannya dalam penguasaan materi pelajaran agama,
penguasaan metodologi pengajaran, dan peningkatan keberagamaannya sehingga ia
pantas menjadi teladan muridnya.
Banyak orang memberikan penilaian terhadap
keberhasilan guru agama Islam (GAI). Pada umumnya, mereka menyatakan bahwa GAI banyak
gagal dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam.Penelitian menunjukkan bahwa pada aspek
knowing dan doing guru agama tidak gagal;
mereka banyak gagal pada pembinaan aspek keberagamaan (being). Murid-muridnya memahami ajaran agama Islam, terampil
melaksanakan ajaran itu, tetapi mereka sebagiannyatidak melaksanakan ajaran
Islam tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka memahami hukum dan cara
shalat lima, terampil melaksanakan shalat lima, tetapi sebagian dari murid itu
tidak melaksanakan shalat lima. Mereka tahu konsep jujur, mereka tahu cara
melaksanakan jujur, tetapi sebagian dari mereka tetap sering tidak jujur dalam
kehidupannya sehari-hari. Jadi, aspek keberagamaan itulah yang sangat penting
untuk ditingkatkan.Berikut ini adalah uraian singkat tentang metode
internalisasi yangbertujuan untuk meningkatkan keberagamaan siswa sekolah.
Metode
Internalisasi
Sesuatu yang
telah diketahui dapat saja sekedar diketahui,tempatnya di otak. Untuk
mengetahui apakah murid sudah tahu, gurudapat memberikan soal ujian atau
ulangan. Jika jawabannya benar,berarti murid sudah tahu. Murid mampu bahkan
terampilmelaksanakan yang ia ketahui itu. Tempatnya di anggota badan. Nah,yang
di otak dan yang di badan itu boleh jadi menetap saja di situ;dua-duanya itu
masih berada di luar kepribadian, masih berada didaerah ekstern, belum berada
di daerah dalam kepribadian (intern).Karena itu pengetahuan dan keterampilan
harus dimasukkan kedaerah intern. Proses memasukkan inilah yang disebut
internalisasi.Untuk memahami konsep ini lebih dalam cobalah perhatikan
uraianberikut ini.
Tiga Tujuan
Pembelajaran
Ada tiga
tujuan pembelajaran. Ini berlaku untuk pembelajaran apasaja.
1.mengetahui
(knowing). Di sini tugas guru ialah mengupayakan agar murid mengetahui sesuatu
konsep. Murid diajaragar mengetahui
menghitung luas bidang. Guru mengajarkan bahwa cara yang paling mudah untuk
mengetahui luas bidang segi empatialah dengan mengalikan panjang (p) dengan
lebar (l). Gurumenuliskan rumus: Luas = panjang x lebar (L=pxl). Guru
mengajarkanini dengan cara memperlihatkan beberapa contoh bidang.
Untukmengetahui apakah murid telah memahami, guru sebaiknyamemberikan soal-soal
latihan, baik dikerjakan di sekolah maupun dirumah. Akhirnya guru yakin bahwa
muridnya telah
mengetahui
caramenentukan
luas bidang segi empat. Selesai aspek
knowing
.2.Terampil
melaksanakan atau mengerjakan yang ia
ketahui itu(doing). Dalam hal luas bidang seharusnya murid dibawa ke alam
nyata yaitu menyaksikan bidang
(bidang-bidang) tertentu, lantas satupersatu murid (dapat juga dibagi menjadi kelompok-kelompok)mengukur
secara nyata dan menentukan luas bidang itu. Bila semuamurid telah menghitung
dengan Cara yang benar dan hasil
yang benar maka yakinlah guru bahwa murid
telah mampu melaksanakanyang ia ketahui itu (dalam hal ini konsep dalam rumus
itu tadi).Sampai di sini tercapailah tujuan pembelajaran aspek doing.
.3.Melaksanakan yang ia ketahui itu. Konsep itu seharusnya
tidaksekedar menjadi miliknya tetapi menjadi satu dengan kepribadiannya.Dalam
hal contoh tadi setiap ia hendak mengetahui luas, ia selalumenggunakan rumus
yang telah diketahuinya itu. Inilah tujuanpengajaran aspek
Being Dalam pengajaran yang tidak mengandung nilai buruk-baik
(sepertipengajaran Matematika itu) proses dari knowing ke doing dari doing ke being itu akan berjalan secara otomatis. Artinya, bila
murid telahmengetahui konsepnya, telah terampil melaksanakannya, secaraotomatis
ia akan melaksanakan konsep itu dalam kehidupannya. Nantidalam kehidupannya, ia
akan selalu mengalikan panjang dengan lebarbila mencari luas. Jika ia kurang
baik akhlaknya, paling jauh ia menipuangka, mungkin dia menipu dalam mengukur
panjang atau lebar,tetapi rumus itu tidak mungkin diselewengkannya. Karena itu
dalampengajaran yang tidak mengandung nilai (maksudnya: konsepnyabebas nilai)
proses pembelajaran untuk mencapai aspek
Being tidaklah sulit. Sangat berbeda bila dibandingkan dengan konsep
yangmengandung nilai. Perhatikan contoh berikut.
Tiga Tujuan Pembaeljaran Shalat
Dengan memakai
teori di atas kita dapat mengurai tiga tujuanpembelajaran shalat sebagai
berikut:
1.
Tahu konsep
shalat (knowing).Dalam hal ini murid mengetahui definisi shalat, syarat dan
rukunshalat, serta hukum shalat dalam ajaran Islam. Untuk mencapaitujuan ini
guru dan murid dapat memilih metode yang telah banyaktersedia. Metode ceramah
boleh digunakan, diskusi juga mungkin,tanya jawab baik juga, dan seterusnya.
Untuk mengetahui apakahmurid memang telah paham konsep, syarat dan rukun
shalat, gurudapat menyelenggarakan ujian berupa ujian harian yang seringdisebut
ulangan harian, atau dengan cara lain. Yang diuji hanyalahaspek pengetahuannya
tentang konsep, syarat, dan rukun shalat. Jikahasil ujian semuanya bagus,
berarti tujuan pembelajaran asepek knowing
telah tercapai.1.Terampil melaksanakan shalat
(doing).Untuk mencapai tujuan ini metode
yang baik kita gunakan ialahmetode demonstrasi. Guru mendemonstrasikan shalat
untukmemperlihatkan cara shalat. Lantas murid satu demi satu (imgat: satudemi
satu) mendemonstrasikan shalat. Guru dapat memutarkan videorekaman shalat
(lengkap fi’liyah dan qauliyahnya) dan murid menontonnya. Tatkala murid diminta
mendemonstrasikan, guru telahdapat sekaligus memberikan penilaian. Jadi, di
sini dilakukanpengajaran sekaligus penilaian. Bila guru telah yakin seluruh
(sekalilagi seluruh) murid telah mampu melaksanakan (artinya terampildalam cara
shalat), maka tujuan aspekdoing telah
tercapai.
2.Murid melaksanakan
shalat dalam kehidupannya sehari-hari(being).Nah,
di sinilah bagian yang paling rumit itu.
Sebenarnya,kekurangan pendidikan agama di sekolah selama ini hanya terletak
disini, tidak pada aspek\knowingdandoingBagianknowingdan doing
telah beres dan telah mencapai hasil
yang sangat bagus karenabagian ini memang mudah. Jadi, jika berbicara metode
pembelajaranagama Islam, sebenarnya untuk tujuan pertama (knowing) dan
kedua(doing) itu sudah tidak ada lagi persoalan, anggap saja telah
selesai,tidak lagi perlu diberikan pelatihan tentang itu. Itu sudah
beres,katakanlah baik secara keilmuan maupun dalam pelaksanaan.Bagaimana metode
untuk meningkatkan keberagamaan siswa.
Iniaspek
being
.
Inilahpersoalan kita.Pengetahuan masih berada di otak, di kepala, katakanlah
masihberada di pikiran, itu masih berada di daerah luar (extern);keterampilan
melaksanakan juga masih berada di daerah extern.Upaya memasukkan pengetahuan
(knowing) dan keterampilanmelaksanakan (doing) itu ke dalam pribadi, itulah
yang kita sebutsebagai upaya internalisasi atau personalisasi. Internalisasi
karenamemasukkan dari daerah extern ke intern, personalisasi karena upayaitu
berupa usaha menjadikan pengetahuan dan ketermpilan itumenyatu dengan pribadi
(person).Metode internalisasi itu diaplikasikan dalam berbagai teknik. Adadua
tenik utama. Pertama, teknik pengajaran kognitif; untuk ini Andadapat menyusun
program pengajaran kognitif dengan menggunakanuraian afektifnya Bloom dan
kawan-kawan. Kedua teknik nonpengajaran kognitif, seperti yang diuraikan
berikut ini.
1. Peneladanan
Pendidik
meneladankan kepribadian muslim, dalam segalaaspeknya baik pelaksanaan ibadah
khas maupun yang
‘am
. Yangmeladankan itu tidak hanya guru, melainkan
semua orang yangkontak dengan murid itu, antara lain guru (semua guru),
kepalasekolah, pegawai tata usaha, dan segenap aparat sekolah termasukpesuruh,
penjaga sekolah, penjaga sepeda, dan orang-orang yangberjualan di sekitar
sekolah. Terpenting ialah peneladanan oleh orangtua murid di rumah. Mereka itu
seharusnya meneladankan tidakhanya pengamalan ibadah khas, tetapi juga ibadah
yang umumseperti meneladankan kebersihan, sifat sabar, kerajinan,
transparansi,musyawarah, jujur, kerja keras, tepat waktu, tidak berkata
jorok,mengucapkan salam, seyum, dan seterusnya mencakup seluruh gerakgerik
dalam kehidupan sehari-hari yang telah diatur oleh Islam.
Mengapa
peneladanan sangat efektif untuk internalisasi? Karenamurid secara psikologis
senang meniru, kedua karena sanksi-sanksisosial, yaitu seseorang akan merasa
bersalah bila ia tidak meniruorang-orang di sekitarnya.Dalam Islam bahkan
peneladanan ini sangat diistimewakandengan menyebut bahwa nabi itu teladan yang
baik (uswah hasanah).Nabi dan Tuhan menyatakan teladanilah nabi. Dalam perintah
yangekstrem disebutkan barang siapa yang menginginkan berjumpadengan Tuhannya
hendaklah ia mengikuti Allah dan rasulNya. Jika di atas dikatakan
pembelajaran agama Islam selama ini gagalpada bagian keberagaman, sangat mungkin
guru agama dan parapendidik lainnya kuarang memperhatikan teori ini.
2. Pembiasaan
Kadang-kadang
kepala sekolah merasa terlalu banyak waktu akanterbuang bila pembiasaan hidup
beragama terlalu maksimal disekolahnya. Ada pembiasaan shalat berjama’ah zuhur,
dikatakanmerepotkan, memboroskan waktu. Ada pembiasaan melaksanakanshalat
jum’at di sekolah, disebut memboroskan waktu danmerepotkan.Satu kelas menengok kawannya yang
sakit, digunakan waktu 60menit, itu
akan merugikan jam pelajaran efektif, urunan untukmembantu teman yang sakit disebut
pemborosan, dan sebagainya.Pandangan ini sebenarnya sangat keliru. Inti
pendidikan yangsebenarnya ialah pendidikan akhlak yang baik. Akhlak yang baik
itudicapai dengan keberagamaan yang baik, keberagamaan yang baikitu dicapai
dengan –antara lain- pembiasaan. Jarang kepala sekolahmenyadari bahwa bila
akhlak murid baik, maka pembelajaran lainnyaakan dapat dilaksanakan dengan
lebih mudah dengan hasil yang lebihbaik. Konsep ini sekalipun sangat jelas,
pada umumnya belum jugadisadari oleh para guru.
3. Shalat sunnat mutlak sebagai
pengganti ceramah Israk Mikraj.
Tatkala
tiba hari peringatan isra mikraj, biasanya ada ceramah. Isiceramahnya sudah
ditebak murid-murid. Karena itu sesekali tidakperlu ada ceramah. Diumumkan pada
murid, besok siap wudluk darirumah, bawa pakaian slahat, kita akan mengadakan
peringatan israkmikraj. Tiba waktunya, pada jam pelajaran pertama, semua
muriddisuruh masuk musholla atau aula, lantas melakukan shalat sunatsebanyak
–misalnya- 20 rakaat, lakukan dua-dua, namanya shalatsunat mutlak. Itu akan
menggunakan waktu sekitar 30 menittermasuk persiapan. Isra mikraj itu intinya
ialah shalat. Setelahselesai kembalilah ke kelas, jam pelajaran efektif hanya
terpakaisekitar 40 menit secara keseluruhan.
4. Membaca
shalawat sebagai pengganti ceramah MauludNabi.
Tatkala
peringatan maulud nabi, sesekali tidak perlu ada ceramah,toh ceramahnya
rata-rata sudah dapat ditebak. Guru mengumumkanpada murid bahwa besok kita
mengadakan peringatan maulud nabi.Besoknya murid-murid semua dikumpulkan di
aula atau musholla (biladapat menampung). Guru mengomando, mari kita
membacakanshalawat untuk nabi, selama 20 menit. Guru agama, atau guru lain,atau
salah seorang murid memimpin pembacaan shalawat. Bila telahselesai, kembalilah
ke kelas. Jam pelajaran efektif hanya terpakaikurang dari 30 menit.
5. Berbagai perlombaan
Perlombaan-perlombaan
banyak yang dapat dimanfaatkan sebagaiteknik internalisasi yang dimaksud.
Perlombaan mengarang yangisinya diarahkan ke nilai-nilai keberagamaan, perlombaan
berpidatoatau khutbah, cerdas cermat, dan sebangsanya merupakan pilihanyang
layak dipertimbangkan.
6. Berbagai doa
Do’a akan memulai pelajaran boleh saja sekali-sekali membacasesuatu
ayat (atau beberapa ayat) al-Qur`an. Do’a selesai belajarsebaiknya jangan satu
macam. Boleh diganti dengan bacaansemacam wirid. Misalnya, guru berkata
anak-anak kita telah selesaibelajar, kita akan pulang kerumah, mari kita
membaca ayat kursi 3kali, mulai. Lantas pulang dan guru tidak usah mengucapkan
apa-apalagi.
7. Menyanyikan lagu-lagu keagamaan
Ini baik sekali bagi murid-murid
Taman Kanak-kanak dan SekolahDasar.
8. Membaca Al-Qur`an
Sekira 10 menit sebelum jam
pelajaran pertama dianjurkan anak-anak
itumembaca al-Qur`an yang dibawanya dari rumah.
9. Selalu
thahur
Maksudnya,
para murid itu selalu dalam keadaan wudluk,wudluknya
tidakpernah batal. Guru dapat menganjurkan murid-muridnya agar selalu
thahur
; tentu saja
guru meneladankan.10.
Puasa sunnat
Murid-murid
sangat dianjurkan melaksanakan puasa sunnat,misalnya puasa Senen Kamis, Senan
saja atau Kamis saja, sebaiknyaguru meneladankan.
Pendidikan
menuju keberagamaan yang tinggi harus didukung olehsemua pihak, termasuk orang
tua di rumah. Dukungan itu sebenarnyamerupakan bagian dari penerapan metode
internalisasi tadi.Upaya menemukan teknik-teknik itu harus ada pada
guru-guru,spesifikasi sekolah dan tempat pendidikan masing-masing
berbeda,teknik-tenik tertentu tepat pada suatu tempat belum tentu
cocokdigunakan di tempat lain. Kebiasaan di pesantren akan merupakansumber
belajar guru dalam rangka menemukan teknik lebih banyakdan lebih variatif.
Memasukkan konsep ke dalam susunan berbentukkarangan indah, nyanyian, merupakan
kemungkinan teknikinternalisasi yang cukup efektif terutama pada murid-murid
tingkattaman kanak-kanak dan sedolah dasar sembilan tahun.Apa yang dikemukakan
di atas, yaitu metode internalisasi danteknik-tekniknya, masih dalam bentuk
gagasan. Nanti setelah seringdicobakan dan ternyata hasilnya baik, maka gagasan
tersebutmenjadi teori ilmu (sain) pendidikan; sementara ini gagasan itu
masihberada di daerah filsafat pendidikan.
INTEGRASI AJARAN AGAMA ISLAM KE
DALAMPEMBELAJARAN
Penyelenggaraan
pendidikan keimanan dan ketakwaan (imtak) ituadalah tugas sekolah, bukan tugas
guru agama saja. Tujuanpendidikan imtak itu tidak akan tercapai bila hanya
dilakukan olehguru agama saja. Karena itu kepala sekolah, semua guru,
semuakaryawan, dan orang tua murid harus ikut menyelenggarakanpendidikan imtak
itu.Bab ini membicarakan sebagian yang harus dilakukan oleh guruumum dalam
rangka membantu terselenggaranya pendidikan imtakagar pendidikan imtak itu
lebih maksimal hasilnya.Yang dimaksud dengan guru umum ialah guru yang
mengajarkanmata pelajaran umum, seperti guru Matematika, guru Biologi, guruOlah
Raga, dan lain-lain, pokoknya guru selain guru agama.(Penyebutan guru umum ini
sudah tepat; itu bukan pertanda kitamenganut dikotomi. Umum itu lawannya
khusus, bukan agama.Sering orang mengatakan umum-agama sebagai tanda
penganutdikotomi).Bagaimana cara guru umum melaksanakan pendidikan
imtak,sementara ia bukan guru agama? Caranya ialah denganmengintegrasikan
ajaran agama ke dalam pembelajarannya.Pengintegrasian itu dapat dilakukan pada:a.Pengintegrasian materi
pelajaran,b.Pengintegrasian prosesc.Pengintegrasian dalam memilih bahan ajard.Pengintegrasian dalam memilih media pengajaran.
Pengintegrasian
materi
, maksudnya
ialah mengintegrasikankonsep atau ajaran agama ke dalam materi (teori,
konsep)pengetahuan umum yang sedang diajarkan. Ini terbagi menjadibeberapa
kemungkinan:
a.
Pengintegrasian
filosofis, bila tujuan fungsional mata pelajaran(umum) sama dengan tujuan
fungsional mata pelajaran agama.Misalnya: Islam mengajarkan perlunya hidup
sehat, sementaraIlmu Kesehatan juga mengajarkan perlunya hidup sehat.Matematika
mengajarkan teliti, Islam juga mengajarkan teliti.b.Pengintegrasian karena konsep agama berlawanan dengan
konseppengetahuan umum. Misalnya (jika
benar) guru Biologimengajarkan manusia berasal dari monyet (mungkin mengacupada
teori Darwin) sementara guru agama Islam mengajarlkanbahwa manusia berasal dari
Adam, dan Adam dari tanah. Yangberlawanan ini harus diselesaikan: mungkin guru
agama Islam(GAI) yang salah mungkin juga guru Biologi yang keliru. Yangpenting,
konsep yang berlawanan itu jangan diajarkan seperti itu.Misalnya, GAI
mengajarkan bahwa bunga bank, betapapunkecilnya, haram; sementara guru Ekonomi
mengajarkan bahwabunga bank boleh. Ini pun harus diselesaikan. Murid tidak
bolehdiajari konsep yang berlawanan.
c.
Pengintegrasian
dapat dilakukan jika konsep agama salingmendukung dengan konsep pengetahuan
(umum). Misalnya GuruIlmu Kesehatan sedang mengajarkan konsep bahwa
kebanyakanpenyakit berasal dari makanan; lantas ia mengajarkan bahwa dietitu
perlu untuk kesehatan. guru Ilmu Kesehatan itu dapatmeneruskan bahwa puasa
adalah diet yang sangat baik. Cukupbegitu saja, tidak usah menuliskan dalil
atau uraian lebih banyak.Misalnya lainnya. Guru Astronomi sedang menerangkan
bendaangkasa, bahwa benda angkasa itu beredar pada garis edarnyamasing-masing.
Lantas ia mengatakan bahwa ada ayat al-Qur`anyang menjelaskan bahwa memang
benda-benda di langit ituberedar pada garis edarnya masing-masing karena diatur
Allahdemikian. Cukup sebegitu, tidak usah pakai dalil atau uraian
lain.Pengintegrasian perlu dilakukan juga dalam
proses
pembelajaran.Konsepnya:
jangan ada proses pembelajaran yang berlawanandengan ajaran agama Islam.
Misalnya: guru renang laki-laki mengajarimurid perempuan berenang.
Penyelesaiannya ialah mengganti gururenang lelaki dengan guru renang perempuan.
Dengan demikianproses berjalan sesuai dengan ajaran Islam. Demikian juga
padaproses yang lain seperti pengajaran menari dan lain
sebagainya.Pengintegrasian perlu juga dilakukan dalam memilih
bahan ajar
.Misalnya
guru Bahasa Indonesia dapat memilih bahan ajar yangmemuat ajaran Islam untuk
dibahas, misalnya dalam memilih sanjak; juga dalam memilih bahan bacaan
lainnya. Di sini, guru Bahasa
Indonesia itu
memang berniat hendak meningkatkan imtak siswamelalui pengajaran Bahasa
Indonesia.Pengintegrasian juga dapat dilakukan dalam
memilih media
.Misalnya,
tatkala guru Matematika memilih sosok, ia menggunakansosok mesjid untuk
mengganti rumah. Ia mengajarkan bahwa satumesjid ditambah dua mesjid sama dengan
tiga mesjid. Tentu ituhanya dilakukan sekali-sekali saja.Pengintegrasian itu
dilakukan secara selintas, seperti tidakdisengaja, tidak formal, tidak ditulis
dalam lesson plan (persiapanmengajar), tidak dievaluasi baik pada post-test
mapun pada ulanganumum, tidak mengurangi waktu efektif pengajaran umum.Usaha
pengintegrasian materi ini, di samping untuk membantutercapainya tujuan PAI
juga berdaya dalam menghilangkanpandangan dikotomis yang menganggap bahwa
pengetahuan(pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, pengetahuan
mistik)merupakan pengetahuan bebas nilai. Demikian pula agamadipandang sebagai
sesuatu yang tidak memiliki kaitan denganpengetahuan itu. Keduanya tidak dapat
dipertemukan, bahkan agamadapat dianggap penghambat perkembangan pengetahuan.Pandangan
tersebut merupakan akibat dari cara pandang yangkeliru, baik terhadap agama
maupun terhadap pengetahuan umum. Jika integrasi agama dengan pengetahuan
umum berhasil denganbaik, maka salah satu hasilnya ialah agama itu akan
memandupengetahuan umum.
INTEGRASI AJARAN ISLAM KE DALAMKEGIATAN EKSTRA KURIKULER
Melalui kegiatan ekstrakurikuler peningkatan
imtak siswa dapatdilakukan sekolah dengan memfasilitasi siswa
mengembangkanberbagai kegiatan ekstrakurikuler baik yang berkaitan dengan
matapelajaran umum yang bernuansa keagamaan maupun kegiatanekstrakurikuler
keagamaan.Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan
program sesuaidengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulerberupa
kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan denganprogram kurikuler. Contoh-contohkegiatan ekstra
kurikuler antara lain ialah kepramukaan, usahakesehatan sekolah, olah raga,
palang merah, kesenian.Berbagai kegiatan ekstra kurikuler itu dapat dimanfaatkan
untukmeningkatkan keberagamaan siswa. Sebagai contoh guru matapelajaran IPS
dapat mengembangkan pokok bahasan yang berkaitandengan kehidupan sesama
manusia. Dalam pokok bahasan tersebutdiuraikan mengenai tanggungjawab terhadap
orang miskin. Pokokbahasan ini dapat dikembangkan menjadi suatu kegiatan
ekstrakurikuler berupa pengumpulan dana, atau bahan makanan,atau pakaian layak
pakai termasuk pakaian seragam sekolah layakpakai untuk disumbangkan kepada
orang yang memerlukan.Penyalurannya biasa melalui yayasan, panti, atau
diberikan secaralangsung. Dalam hal jenis pengumpulan dana, dana tersebut
jugadapat diberikan dalam bentuk beasiswa kepada teman-temansekolahnya.
Ekstrakurikuler
yang Mendukung Peningkatan Imtak
1) Tidak
boleh ada kegiatan ekstrakurikuler yang tidak memberikesempatan kepada siswa
untuk melaksanakan kewajibanagamanya.
2) Membuat
berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang bernuansakondusif dalam mendukung pengamalan nilai-nilai imtaq.Kegiatan lomba
dalam upaya memantapkan hidup bersih dapatdilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler, misalnya saja masing-masing kelas diberi tugas merawat
kebersihan kelas dan merawattaman. Kegiatan ini dapat berlanjut menjadi
kegiatan lomba secarasederhana sebagai upaya memotivasi para siswa.Banyak hal
mengenai ajaran Agama Islam yang dapatdiaktualisasikan kedalam kegiatan
ekstrakurikuler yang dapatdilakukan setiap saat sebagai upaya pembinaan secara
ajeg. Ajaranyang mengajak hidup hemat, tidak boros sebagai mata
pelajaranPendidikan Agama Islam, serta pokok bahasan membahas tentangkebutuhan
manusia yang tak terbatas berhadapab dengan saranaatau sumber yang terbatas
(kelangkaan) dan adanya pengorbananekonomis untuk memperolehnya sebagai poko
bahasan matapelajaran Ekonomi, dapat diwujudkan dalam bentuk
kegiatanmenabung.Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan dalam
bentukkegiatan keseharian yag terintegrasi dengan tata kehidupan
sekolah.Misalnya kelompok kebersihan kelas, kelompok pelestarian alam atautaman
sekolah atau kelompok diskusi.
PENCIPTAAN SUASANA SEKOLAH YANG
KONDUSIFBAGI PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN SISWA
Suasana
sekolah diduga sangat berpengaruh terhadapberkembangnya keberagamaan siswa.
Suasana sekolah yang kondusif itu mengusahakan hal-hal berikut.
1)Keamanan
Keamanan
merupakan modal pokok dalam menciptakan suasanayang harmonis dan menyenangkan
di sekolah. Keamanan di sin
adalah rasa
aman adan tentram serta bebas dari rasa takut, baik lahirmaupun batin, yang
dirasakan oleh seluruh warga sekolah. Suasanasekolah yang aman dan tentram
dapat memacu warga sekolah untukmelakukan aktivitas dengan baik, tanpa diikuti
rasa waswas yangdapat mengganggu proses belajar-mengajar di kelas. Tanpa
rasaaman, maka semua kegiatan pendidikan termasuk upaya peningkataniman dan
taqwa siswa tidak akan berjalan dengan baik.Rasa aman dapat diciptakan melalui
penataan kondisi sekolahyang sedemikian rupa, sehingga ancaman dan gangguan
baik-baikfisik maupun psikologis dapat diatasi dengan baik. Sekolah
harusproaktif mengantisipasi dan mengatasi segala bentuk gangguan baikyang
timbul dari dalam maupun luar lingkungan sekolah. Sekolah jugahaus memberikan
rasa aman kepada semua warga sekolah untukberpikir, berpedapat, dan melakukan
hal-hal yang bersifat konstruktif dan produktif. Dengan demikian fungsi
sekolah selain memberikan jaminan keamanan atas kebebasan menyatakan
pendapat danbertindak sesuai dengan tuntutan norma.
2)Kebersihan
Kebersihan
adalah sebagian dari iman. Suasana bersih, sehat dansegar yang terasa dan
tampak pada seluruh ruang kelas, ruang kerja,kamar mandi, halaman, dan
fasilitas sekolah lainnya merupakankodisi yang harus diciptakan sekolah untuk mendukung
iklim sekolahyang kondusif. Selain perintah agama, kebersihan merupakan
bagiandari pendidikan kesehatan karena bersih merupakan cerminketerauran dalam
kehidupan. Karena itu, kebiasaan hidup bersihhendaknya disosialisasikan kepada
peserta didik melalui kegiatan-kegiatan nyata di sekolah.Hidup bersih tidak
hanya terbatas pada aspek fisik belaka, namun juga menyangkut aspek
psikis. Kebersihan batiniah merupakan aspekyang harus mendapat perhatian yang
seksama dari sekolah.Kebersihan batiniah menyangkut berbagai perilaku psikis
yangdiwujudkan dalam sikap jujur, pemaaf, ikhlas, tidak dengki, tidakdendam,
dan semacamnya. Dengan kata lain, kebersihan batinmerupakan upaya membersihkan
diri dari penyakit hati yang dapatmerusak keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
serta dapatmerusak tali silaturahim antar sesama muslim dan umat manusiaapada
umumnya.
3)Ketertiban
Ketertiban
adalah suatu kondisi yang mencerminkan suatukeharmonisan dan keteraturan dalam
pergaulan antarwarga sekolah,dalm penggunaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah,dalam penggunaan waktu belaajr mengajar, dan dalam
hubungandengan masyarakat sekitar. Ketertiban ini tidak tercipta
dengansendirinya melainkan diupayakan oelh setiap warga sekolah
untukmewujudkannya melalui lingkungan yang terkecil, seperti
kelas,perpustakaan, ruang kerja, dan kamar mandi/toilet kemudian meluaske
lingkungan dalam sekolah dan lingkungan luar sekolah.Untuk mewujudkan kondisi
tertib ini, sekolah hendaknyamenetapkan seperangkat tata tertib sekolah yang
meliputi tata tertibsiswa, tata tertib guru dan karyawan. Di damping itu,
sekolahhendaknya menyediakan sarana dan prasarana sekolah untukmenunjang
terlaksananya ketertiban sekolah seperti tempat parkir,tempat sampah,
kantin/tempat makan dan semacamnya. Pengawasanpelaksanaan ketertiban juga
diperlukan agar semua warga sekolahdapat mentaati semua tata tertib sekolah dan
menggunakan semuaperangkat sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan
fungsimasing-masing.
4)Keteladanan
Nabi Muhammad SAW berhasil menanamkan iman amat kuat padamuridnya.
Salah satu cara yang beliau tempuh dalam menanamkaniman ialah dengan
meneladankan; beliau jauh lebih banyakmeneladankan daripada mengajarkan secara
lisan.Keteladanan merupakan salah satu kunci utama dalam penanamandan
peningkatan iman, sebab dengan menampilkan berbagai bentukaplikasi dari
keimanan dan ketakwaan, orang yang melihatnya akanlangsung mampu meniru
perbuatan baik tersebut, tanpa sulitmemahaminya.Keteladanan merupakan salah
satu metoda dalam penanamannilai-nilai agama yang paling efektif. Menyampaikan
ajaran Islamseharusnya lebih banyak melalui peneladanan, sehingga
nilai-nilaikebenaran itu tidak hanya eksis pada tataran kognitif saja,
tetapibenar-benar terwujud dalam kehidupan sehari-hari.Para guru yang memiliki
kewajiban menyampaikan nilai-nilaikeimanan dan ketakwaan, tidak merasa cukup
dengan hanyamengajarkannya di kelas melalui pembelajaran, akan tetapi
gurumerasa wajib menyampaikan perannya sebagai sosok yang mampuditaati dan
ditiru siswa. Maka metoda peneladanan ini akan semakinpenting perannya dalam
menciptakan situasi yang kondusif untuk menumbuhkembangkan keimanan dan
ketakwaan siswa. Metode iniamat penting diketahui dan digunakan juga oleh orang
tua di rumah.
5)Keterbukaan
Sifat
transparansi dari sistem manajemen sekolah dan pada setiappermasalahan,
merupakan sifat keterbukaan yang harus ada padasistem persekolahan. Dengan
adanya keterbukaan dari setiap insnsekolah, diharapkan tidak terjadi adanya
saling curiga, berburuksangka, beriri hati, fitnah dan sifat-sifat buruk lainnya
yang cenderungmengaiaya dan merusak hak orang lain.Sistem manajemen sekolah
yang transparan terutama dalammanajemen keuangan sangatlah penting, sebab
seringkali masalahkeuangan ini jika dikelola dengan tidak transparan
menyebabkanmasalah-masalah yang serius, yang berakibat tidak
harmonisnyahubungan antar insan sekolah. Keadaan harmonis ini akanmenciptakan
situasi yang kondusif bagi tumbuh kembangnyakeimanan dan ketaqwaan insan
sekolah, terutama siswa.
Untuk menciptakan suasana seperti
itu sebaiknya diperhatikan hal-halberikut ini.
1)Peraturan Sekolah
Peraturan yang
dikeluarkan sekolah merupakan aspek pertamayang harus ada dalam upaya
pengembangan suasana sekolah yangkondusif. Salah satu dari peraturan ini adalah
tata tertib sekolah yangmemuat hak, kewajiban, sanksi, dan penghargaan bagi
siswa, kepalasekolah, guru dan karyawan. Tata tertib sekolah ini
hendakmnyamencerminkan nilai-nilai ketakwaan.Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan untuk dimasukan dalamtata tertib sekolah dalam rangka
peningkatan imtaq siswa antara lain:
a) Kewajiban
mengucapkan salam antar sesama teman, dengankepala sekolah dan guru, serta
dengan karyawan sekolah apabilabaru bertemu pada pagi hari atau mau berpisah
pada siang/sorehari.
b) Berdoa
sebelum guru akan memulai mengajar di pagi hari danketika pelajaran akan
diakhiri di siang/sore hari.
c) Kewajiban
untuk melakukan ibadah bersama, seperti shalat dzuhurberjamaah untuk melatih
disiplin beribadah dan jiwa kebersamaan.
d) Kewajiban
untuk mengikuti kegiatan keagamaan yangdilaksanakan oleh sekolah, seperti
peringatan hari-hari besar islam,pesantren ramadhan, pesantren kilat
semacamnya.
e) Kewajiban
untuk ikut menciptakan suasana aman, bersih, sehat,indah, tertib, kekeluargaan,
dan rindang di lingkungan sekolah dansekitarnya.
f) Siswa
berpakaian sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam, sepertimemakai kerudung
bagi siswa putri.Peraturan tersebut hendaknya dibuat dan dibahas
bersama-samadengan melibatkan unsur kepala sekolah, guru, karyawan, siswa,
danKomite Sekolah sehingga berbagai nilai, norma, dan aturan yang telahdibuat
dapat disepakati dan dilaksanakan bersama secara konsekuen.
2)Tenaga Pembina
Untuk
menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagipeningkatan imtaq siswa
diperlukan tenaga pembina yang secaraterus menerus melakukan bimbingan, arahan,
dan pengawasan,terhadap segenap aspek yang berkaitan dengan program imtaq
disekolah. Kegiatan pembinaan ini harus melibatkan segenap potensisumberdaya
manusia yang tersedia disekolah, sehingga gerakanpembinaan ini berjalan secara
serentak dan terintegrasi.Setidaknya ada tiga komponen tenaga pembina suasana
sekolahyang kondusif bagi peningkatan imtak siswa, yaitu kepala sekolah,guru
agama, dan guru umum.
a)Kepala
SekolahSebagai
pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peranyang sangat sentral dalam
upaya penciptaan suasana sekolah yangmemungkinkan dapat mendorong peningkatan
imtak siswa. Peran inidapat dilakukan kepala sekolah sebagai manajer pendidikan
dalammengelola segenap sumberdaya pendidikan (sumberdaya manusia,dana, dan
sarana parasarana) yang tersedia di sekolah.Dalam upaya ini, kepala sekolah
harus mampu mengatur tenagapembina utama kegiatan pembinaan imtaq siswa,
menyediakansarana dan parasarana yang diperlukan, menggalang danmenyediakan
berbagai dana yang diperlukan untuk membiayaikegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan pembinaan imtaq. Berbagaiupaya ini hendaknya diprogramkan secara
integral dengan programkegiatan sekolah yang yang disusun setiap tahun dengan
melibatkanberbagai pihak termasuk orang tua murid.
b)Guru Agama IslamGuru Agama Islam
(GAI) merupakan tenaga inti yang bertanggung jawab langsung terhadap
pembinaan watak, kepribadian, keimanan,dan ketaqwaan siswa di sekolah.
c).
Guru Umum Tenaga Kependidikan Lainnya
3)Sarana Prasana
Faktor dominan,
disamping ketenagaan dan peraturan sekolah,dalam menciptakan suasana sekolah
yang kondusip bagi peningkatanimtak siswa adalah ketersediaan sarana dan
parasarana sekolah yangdapat menunjang kegiatan pembinaan. Sarana dan
prasaranapendidikan yang baik dan penataannya yang teratur akanmemberikan
nuansa yang menyenangkan bagi segenap wargasekolah dalam melaksanakan kegiatan
masing-masing termasukdalam pembinaan keagamaan siswa.Beberapa sarana dan
prasarana yang diperlukan untukmenciptakan suana sekolah yang kondusif bagi
pembinaan siswaantara lain:
a)Lingkungan
fisik dan psikologis sekolah yang aman, bersih dansehat, yang dilengkapi dengan
pemagaran sekeliling sekolah,tanaman dan pepohonan yang rindang kebun dan
tanaman bungayang tertata rapi, lingkungan sekolah yang jauh dari
kebisingansuara dan polusi udara, serta lingkungan sekolah yang bebas
dari jaringan dan pusat peredaran obat-obatan psikotropika dan
obatterlarang lainnya.
b) Tempat
ibadah berupa mushallah atau masjid yang dapatmenampung siswa untuk
melaksanakan shalat wajib berjamaah ,khususnya shalat duhur dan shalat Juma’at.
Bilamana sekolahbelum mempunyai mushalla atau masjid ruang-ruang sekolahlainnya
yang volume penggunaannya relatif kecil atau ruang yang tidak dipakai dapat
dijadikan sarana ibadah siswa. Mushalla atauruang ibadah yang kecil dapat
digunakan secara bergantian antar kelompok siswa untuk melakukan shalat
berjamaah dengan bimbingan GPAI atau guru lainnya yang ditunjuk.
c) Tempat
pengambilan air wudlu bagi siswa yang akan menjalankanshalat. Tempat ini dapat
menggunakan kamar kecil yang ada atau kran air yang dibuatkan secara khusus di
dekat mushalla atau ruang ibadah. Kran air yang dibuat khusus ini lebih baik dari padakamar kecil
karena lebih terjamin kebersihannya dan siswa dapatmengambil air wudlu dari air
yang mengalir.
d) Aula atau
ruang besar yang dapat digunakan untuk kegiaran ceramah agama, peringatan
hari-hari besar Islam atau diskusitentang masalah imtaq dan iptek. Biasanya di
sekolah-sekolahbesar ruang pertemuan dengan kapasitas besar sudah
tersedia,sehingg ruang tersebut dapat digunakan secara bergantian
denganacara-acara lainnya.
e) Kitab
suci al-Quran dengan terjemahnya, kitab-kitab hadits denganterjemahnya,
buku-buku ibadah, fiqh, akhlaq, tarikh islam, danbuku-buku islam lainnya. Kitab
dan buku tentang keislaman ini sebaiknya diletakkan di mushalla atau
perpustakaan yang setiapsaat dapat dipinjam atau dibaca oleh siswa.
f) Hiasan
dinding, ornamen, dan kaligrafi yang bernuansa Islam yangdapat dipajang pada
ruang-ruang kelas, ruang guru dan tatausaha, perpustakaan, serta ruang lainnya
yang memungkinkan.
g) Kamar
kecil tempat pembuangan air kecil dan besar yang terjagakebersihannya yang
dibagi antara siswa laki-laki dan perempuan.
h) Penyediaan
air bersih dan pembuangan air kotoran merupakansyarat terjaganya fasilitas umum
ini. Walaupun di sekolah terdapat petugas kebersihan, namun program untuk menjaga
kebersihan kamar kecil menjadi tanggung jawab warga sekolah, khususnyapara
siswa.
Program Kegiatan Beberapa program kegiatan yang dapat dilakukan
sekolah bagipengembangan suasana sekolah kondusif antara lain:
1)Menata lingkungan sekolah secara
teratur, antara lain taman dankebun
sekolah, halaman bermain, tempat duduk untuk beristirahat,tanaman dan pepohonan
lainnya, serta bangunan fisik lainnya.Program ini bisa dilakukan dengan
memberikan tanggung jawabpemeliharaan lingkungan kepada siswa secara
berkelompok yangdiatur secara bergantian.
2)Melaksanakan kebiasaan bersikap
dan berperilaku sesuai dengantuntunan akhlaqul
karimah yang dicontohkan Rasulullah saw,seperti mengucapkan dan atau menjawab
salam kepada sesamateman di sekolah, berdoa sebelum memulai pelajaran,
mendoakanteman atau anggota keluarganya yang sakit, atau yang sedangditimpa
musibah, bersikap santun dan rendah hati, salingmenghormati dan menolong antar
sesama, dan semacamnya.Upaya pembiasaan ini harus dilakukan setiap hari, sejak
siswamasuk di kelas satu, sehingg akhlak yang luhur ini menjadi budayapergaulan
siswa di sekolah.
Melaksanakan
shalat dhuhur berjamaah dan shalat juamat untukmeningkatkan disiplin ibadah dan memperdalam
rasakebersamaan dan persaudaraan antar sesama muslim. Dalamkegiatan ini, murid
secara bergantian menjadi imam, muadz-dzin, khatib, dan penceramah. Sesudah
shalat dhuhur diupayakandiadakan kuliah tujuh menit (kultum) untuk melatih
siswamengemukakan pokok-pokok pikirannya tentang nilai dan normaagama islam
yang menjadi anutan dan bimbingan perilaku setiaphari.
4)Mengumpulkan
zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), mengumpulkanpakaian bekas seragam sekolah atau pakaian bekas
lainnya,mengumpulkan buku-buku bekas yang tidak terpakai untukdiberikan kepada
fakir miskin, anak yatim piatu, dan orang lainyang membutuhkan. Kegiatan ini
bermanfaat untuk membina sikapdan rasa peduli antar sesama yang secara ekonomis
kurang beruntung.
5)Melaksanakan
pesantren ramadhan dan
pesantren kilat untukmemberikan
tambahan pengetahuan dan pemahaman tentangnilai dan norma islam yang
dilaksanakan pada bulan ramadhandan liburan panjang. Program ini akan mencapai
keberhasilanapabila disiapkan secara matang dengan mendayagunakan semuasumber
daya yang tersedia di sekolah dan lingkungan sekitar.
6)Melaksanakan
peringatan hari-hari besar Islam untukmeningkatkan dakwah dan wawasan siswa tentang sejarah, nilai,dan
norma agama Islam yang berkembang di masa lalu, masa kini,dan masa yang akan
datang. Kegiatan ini sebaiknya dilakukandengan mengadakan kerjasama dengan
lembaga-lembaga Islamyang berada di sekitar sekolah, seperti mesjid, pondok
pesantren,pusat-pusat studi Islam, dan semacamnya.
7)Melaksanakan
lomba karya tulis ilmiah di lingkungan
sekolah atauantar sekolah tentang pentingnya imtaq dan iptek
untukmemberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, berpersepsi,dan
memberikan gagasan-gagasan baru tentang pentingnya aspekkeagamaan dalam
pembangunan bangsa di abad informasi ini.
8)Melakukan
kunjungan ke tempat-tempat studi dan
peninggalanagama
Islam, seperti Islamic Center, mesjid-mesjid besar, pondokpesantren, dan
pusat-pusat peninggalan syi’ar Islam di masa silam,untuk memberikan nuansa dan
gambaran perjuangan umat Islamdalam menegakkan agama Allah. Dalam kegiatan ini
siswa dimintauntuk menuliskan semua pengalaman yang mereka temui dilapangan,
baik berupa hasil pengamatan, wawancara, ceramah,diskusi, dan semacamnya.
9)Membina guru dan tenaga
kependidikan lainnya tentang programpengembangan
keimanan dan ketaqwaan oleh kepala sekolah danatau pengawas.
10)Mengundang
nara sumber, tokoh agama, intelektual islam, dantokoh-tokoh lainnya untuk
memberikan materi keimananketaqwaan serta materi keilmuan lainnya yang dapat
memberikanwawasan keagamaan dan keilmuan kepada siswa dan kepadawarga sekolah
pada umumnya.Semua program kegiatan hendaknya menjadikan siswa sebagaipusat dan
pemeran utama. Untuk itu diupayakan agar kegiatan-kegiatan tersebut diorganisir
oleh siswa dengan bimbingan kepala sekolah, GAI, dan guru lainnya. Dengan
demikian siswa akanmendapatkan pengalaman langsung tentang kegiatan yang merekaorganisasikan sendiri,
sehingga kegiatan tersebut melatih merekauntuk lebih memahami, menghayati, dan
bertanggung jawab tentangapa yang mereka lakukan.
KERJA
SAMA SEKOLAH DENGAN ORANG TUA MURID
Rumah tangga (di situ ada orang tua murid) adalah tempat pendidikan
pertama dan utama. Pertama karena di situlah murid itumula-mula mendapat pendidikan; utama karena pengaruh pendidikandi
rumah tangga itu sangat besar dalam terbentuknya kepribadian.Pernyataan ini
menunjukkan pentingnya sekolah bekerjasama denganrumah tangga, maksudnya
bekerjasama dengan orang tua murid.Pentingnya sekolah bekerjasama dengan rumah
tangga sudahsejak lama diteorikan. Sekarang ini semua guru menganggap perlu adanya
kerjasama dengan orang tua murid. Guru Matematika perlukerjasama dengan orang
tua murid, sekurang-kurangnya agar orangtua murid mengingatkan agar anaknya
tidak lupa mengerjakan PR.Guru mata pelajaran lain demikian juga. Nah, agar
pendidikan keimanan dan ketakwaan berhasil; kerjasama sekolah dengan orangtua
murid sangat perlu.Pada bagian terdahulu sudah dijelaskan bahwa bagian terbesar
tujuan pendidikan agama adalah keberagamaan murid, artinya berhasil atau
tidaknya pendidikan agama itu ditandai oleh diamalkannya ajaran agama itu
sehari-hari oleh murid. Nah, orang tua di rumahlah yang paling mengetahui
pengamalan itu oleh anaknya.Orang tua melihat anaknya mengamalkan ajaran agama. Lebih dariitu,
metode peneladanan sebagai metode
unggulan untukmeningkatkan keberagamaan murid, sangat mengandalkanpeneladanan
oleh orang tuanya di rumah. Orang tuanyalah yangpaling tepat untuk meneladankan
shalat tepat waktu, meneladankankesabaran, pemurah, orang tuanyalah yang paling
tepat meneladankan bagaimana menghormat tamu, bertetangga, dan lain-lain bentuk
pengamalan ajaran Islam sebagai taneda keberagamaan.Pembiasaan adalah metode
unggulan yang lain dalammengembangkan keberagamaan murid. Lagi-lagi, orang tua
dirumahlah yang paling cocok untuk membiasakan tersebut, yaitu membiasakan
mengamalkan ajaran Islam. Orang tuanyamembiasakan shalat tepat waktu, membaca
basmalah tatkala akanmakan, menjawab salam bila tamu berkunjung ke rumah.Metode
andalan tersebut (peneladanan dan pembiasaan) memangdapat juga digunakan di
sekolah, dilakukan oleh kepala sekolah, guru agama, guru umum, dan aparat
sekolah laoinnya. Tetapi, penerapan kedua metode itu sangat terbatas di sekolah
karena kehidupan murid itu jauh lebih lama di rumah ketimbang di sekolah.
Kehidupan dirumah adalah kehidupan yang asli, yang sebenarnya, sementara kehidupan
di sekolah kebanyakan artifisial, tidak selalu menggambarkan kehidupan yang
sebenarnya. Konsekwensi darikonsep-konsep ini antara lain ialah pendidikan
keberagamaan lebihberhasil bila dilakukan di rumah ketimbang di sekolah.
Keunggulanpendidikan agama di sekolah ialah dan hanya dalam bidang menambah pemahaman; meningkatakan
keberagamaan muridsebagian besar harus di lakukan di rumah. Inilah yang
mendasari teorikita bahwa untuk memperoleh peningkatan kebertagamaan muridadalah sangat perlu adanya
kerjasama sekolah dan rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar